Surah Muhammad ayat 7 :
"Wahai orang- orang yg beriman,
jika kamu menolong Allah, nescaya Dia akan
menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu."

Thursday, May 26, 2011

MARI SEGERA BERAMAL

Mari kita berbicara tentang dunia dan bertanya
tentangnya.

Jika kita dituntut untuk menemui jawaban yang
hakiki, kita akan dituntun kepada satu jawaban
bahwa ia (dunia itu) hanyalah bayangan yang
tidak lama lagi akan hilang, bahkan ia hanyalah
setitik air jika dibandingkan dengan lautan luas
yang tidak bertepi.

Sebanyak manapun yang kita dapat di sini, di
dunia ini, maka ia hanyalah bernilai setitik. Oh,
tidak! bahkan mungkin kurang dari setitik.

Ini adalah kerana setitik itu adalah untuk dunia
keseluruhannya, sementara kita tidak memiliki
dunia keseluruhannya tetapi hanya sebahagian
dari dunia ini yang sanggup kita nikmati.

Aduhai! Betapa malangnya kita jika kita sangka
dunia ini telah menjadi segala-galanya. Tidak,
wahai saudaraku!

Di sini, di tempat yang bernama dunia ini, tidak
ada yang segala-galanya. Hanya manusia yang
tidak percaya akan keabadian akhirat yang
akan menjadikan dunia ini segala-galanya.

Ingatlah, dunia yang kita lihat penuh gemerlapan
nya ini hanyalah :

- Bayangan.
- Setitik air.
- Beberapa nafas.
- Beberapa tahun.

Dan setelah itu, kita akan memasuki gerbang ke-
abadian. Di sana, (dengan limpahan RahmatNya
padamu) hanya amalan kita yang akan menuntun
kita menaiki anak-anak tangga kebahagiaan
menuju syurga yang kenikmatannya :

- Tidak pernah disaksikan oleh pandangan mata
sesiapapun.
- Tidak pernah didengarkan oleh telinga sesiapa
pun jua.
- Tidak pernah terdetik dalam fikiran dan hati
makhluk manapun.

Namun, di sinilah, di tempat yang bernama dunia
inilah kita menyemainya. Dunia ini adalah ladang
akhirat kita Di sinilah sumber kebahagiaan dan
keberuntungan kita di akhirat.

Hanya di sini kita diizinkan olehNya untuk me-
ngumpulkan bekalan yang menguntungkan kita
di sana. Di sinilah arena dan gelanggang para
‘muttaqin’, ‘shiddiqin’ dan ‘syuhada’’ berlumba
menuju ampunan Rabb mereka.

Jika kita ingin tahu, hakikatnya dunia inilah
yang sentiasa menjadi angan-angan para
penduduk Syurga dan para penghuni Neraka.

Allah swt menceritakan tentang penghuni Neraka :

“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika
mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka
berkata : “Kiranya kami dikembalikan (ke
dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat
Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang
beriman”, (tentulah engkau –Muhammad-
akan melihat suatu peristiwa yang memilukan.”
(QS Al An’aam : 27)

Dalam ayat lain firman Allah swt :

“Dan mereka (para penghuni neraka) itu ber-
teriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami (ke dunia), niscaya kami
akan mengerjakan amal yang soleh berbeza
dengan dahulu telah kami kerjakan.”
(QS Faathir : 37)

Angan-angan yang sia-sia belaka…

Hari-hari dunia adalah hari-hari amal, BUKAN
perhitungan dan pembalasan.

Hari-hari akhirat adalah hari-hari perhitungan
dan pembalasan, BUKAN amal.

Tentang penghuni syurga yang mengangankan
dunia, ‘Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan :

“ Sesungguhnya para syuhada’ itu bagaikan burung-
burung hijau yang lepas bebas di syurga ke mana
sahaja ia mahu. Kemudian ia akan kembali pada
pelita-pelita yang bergantungan di ‘arsy. Dan
ketika mereka berada dalam keadaan seperti itu,
muncullah Rabb mereka di hadapan mereka
seraya berkata : “Wahai hamba-hambaKu, minta
lah kepadaKu apa sahaja yang kamu inginkan !”.
Mereka pun berkata : “Wahai Rabb kami ! Kami
meminta padaMu agar Engkau mengembalikan
ruh kami ke dalam jasad kami, lalu Engkau
kembalikan kami ke dunia hingga kami dibunuh
sekali lagi di sana (di jalanMu).” Maka tatkala
Allah melihat bahwa mereka tidak meminta
selain hal itu, Dia pun meninggalkan mereka.”
( HR Muslim)

Allah telah mengetahui bahwa mereka, iaitu
para syuhada’ akan meminta untuk dikembali
kan sekali lagi ke dunia dan bahwa mereka
tidak akan dikembalikan ke dunia.

Namun Allah swt hendak memberitahukan
kepada orang-orang mu’min yang masih
hidup di dunia bahwa kelak cita-cita mereka
di syurga adalah mati terbunuh di jalanNya.
Ini tidak lain agar mereka semakin terdorong
untuk meraih kenikmatan itu.

Sungguh jauh perbezaan antara kedua angan-
angan itu. Sama-sama berangan untuk kembali
ke dunia demi melakukan amal soleh. Namun
yang satu kerana merasakan dahsyatnya siksa
neraka, sementara yang lain kerana telah
merasakan nikmat yang tiada bandingannya.

Seorang salaf bernama Ibrahim At Taimy
rahimahullah pernah mengatakan :

“Aku membayangkan diriku berada di dalam
syurga ; Memakan buah-buahnya.
Memeluk bidadari-bidadarinya yang perawan.
Menikmati segala kenikmatannya.

Lalu aku berkata kepada diriku sendiri :

“Wahai diriku ! Apa sesungguhnya yang engkau
angan-angankan saat ini ??”.

Ia menjawab :

“Aku mengangankan untuk dikembalikan ke
dunia agar aku dapat menambah amal-amal
yang menyebabkan aku mendapatkan semua
nikmat ini.”

Lalu aku membayangkan diriku di dalam neraka :

Dibakar dengan apinya yang menyala-nyala.
Dipaksa untuk meminum air ‘hamim’ nya yang
dipenuhi darah dan nanah.
Dipaksa makan buah zaqqumnya yang menjijikkan.

Maka aku berkata pada diriku sendiri :

“Apakah yang engkau inginkan saat ini ??”

Ia menjawab :

“Aku ingin dikembalikan ke dunia lagi agar aku
dapat mengerjakan amalan yang dapat
menyelamatkan aku dari siksaan yang
mengerikan ini.” (Setelah membayangkan itu
semua), akupun berkata pada diriku sendiri :
“Wahai diriku ! Engkau telah mendapatkan
angan-anganmu itu. (Kini engkau masih berada
di dunia), maka segeralah beramal !”.

Bahkan ada seorang ulama salaf yang pernah
menggali lubang kubur untuk dirinya sendiri.
Semasa ia mengalami dan merasakan kejemuan
dalam beramal, ia pun turun ke dalam lubang itu.

Di sana ia menlunjurkan tubuhnya lalu berkata :

“Wahai diriku ! Anggaplah sekarang ini engkau
telah mati dan telah berada dalam liang lahad
mu, apakah yang engkau inginkan ?”.

Maka ia pun menjawab :

“Aku ingin dikembalikan lagi ke dunia agar aku
dapat beramal soleh.”

Ia lalu mengatakan kepada dirinya sendiri :

“Sekarang engkau telah mendapatkan apa yang
engkau inginkan. (Engkau sekarang masih hidup
di dunia). Bangunlah dan kerjakanlah amal soleh
itu !”.

Demikianlah sahabatku, jika engkau mengetahui
tentang para penghuni kubur itu, engkau akan
tahu apa yang sentiasa mereka angan-angankan :

Mereka sentiasa berangan untuk dapat bertasbih
sepertimana yang engkau lakukan saat ini,
walaupun hanya sekali sahaja.
Mereka akan irihati melihatmu tegak mengerjakan
solat.
Aduhai! Andainya kami dapat mengerjakannya
walau hanya satu rakaat sahaja, begitulah kata
mereka.

Jika dahulu di dunia mereka adalah pemilik
kekayaan yang melimpah ruah, maka di sana,
di alam kubur itu, mereka berharap dapat
bersedekah meskipun hanya seringgit dua
ringgit. Yang penting ada tambahan catatan
kebajikan di sisi Allah. Ya!, jika engkau berada
di tempat itu, seperti itulah angan-anganmu
sepanjang waktu.

Ibn Qudamah rahimahullah meriwayatkan
dalam wasiatnya bahwa suatu ketika ada
seorang laki-laki yang mengerjakan solat
dua rakaat di sebelah sebuah kubur. Selepas
itu ia bersandar hingga tertidur.

Di dalam tidurnya ia bermimpi seperti melihat
penghuni kubur itu berkata kepadanya :

“Jauhlah dirimu dariku !! Engkau telah menyakiti
ku. Demi Allah, sungguh dua rakaat yang engkau
kerjakan itu jika sahaja aku yang mengerjakannya,
maka ia jauh lebih aku sukai daripada dunia
beserta isinya. Sungguh, kamu yang masih
hidup ini sentiasa beramal tapi sama sekali
tidak mengetahui hakikat kematian ini. Tapi
kami, kami telah mengetahuinya namun kami
tidak dapat lagi mengerjakan amalan apapun.”

INGATLAH, SAUDARAKU…

Sedarlah bahwa :

Masa hidup kita sungguh terbatas.
Nafas kita hanya berbilang.
Setiap tarikan dan hembusan nafas tidak lebih
dari sebuah petanda bahwa usia kita di dunia
telah berkurang.

Sungguh sangat singkat usia dunia kita ini. Oleh
yang demikian, setiap bahagian waktu bahkan
setiap bahagian terkecilnya adalah permata
yang tidak ternilai dan tiada bandingannnya.

Ingatlah bahwa dengan kehidupan yang singkat
ini akan menukarkannya kepada sebuah kehidupan
yang abadi :

Abadi dalam kenikmatan.
Abadi dalam azab yang pedih.

Jika kita cuba membandingkan kehidupan ini
dengan kehidupan akhirat, akan sedarlah kita
bahwa setiap nafas itu mempunyai harga yang
lebih besar daripada waktu beribu-ribu tahun
di akhirat ; entah semua itu dalam kenikmatan
yang tidak berbatas atau sebaliknya.

Oleh kerana itu :

Jangan persiakan permata umurmu tanpa
melakukan suatu amalan.
Jangan engkau biarkan ia pergi tanpa men-
dapatkan balasan yang setimpal.

Bersungguh-sungguhlah agar setiap tarikan
nafasmu tidak pernah kosong dari kesolehan
dan taqarrub kepadaNya.

Namun dalam banyak hal, jika engkau kehilangan
sebutir permata duniamu, betapa sedihnya hatimu.

Tapi :

Bagaimana jika yang hilang adalah permata
akhiratmu?
Bagaimana mungkin engkau sanggup menyia-
nyiakan dan membuang waktumu begitu sahaja?
Bagaimana mungkin engkau ‘tenang-tenang’
sahaja, padahal semakin banyak jejak-jejak
usiamu di dunia ini yang terhapus?
Bayangkanlah jeritan penyesalan para penghuni
kubur dan neraka itu. Air mata darah sekalipun
tidak memberi mereka jalan untuk kembali ke dunia.

Wahai sahabatku, kini, aku dan kau masih di sini.
Ya, masih di dunia fana ini. Tempat kita menyemai
tanaman akhirat. Maka marilah kita segera beramal!

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia yang
kami diami ini sebagai kecintaan kami kerana
sesungguhnya ia hanyalah ujian dariMu dan
merupakan sebuah tipuan yang melalaikan.
Sangkutkanlah hati kami kepada akhiratMu
sehingga kami akan lebih bertenaga untuk
melaksanakan amal-amal soleh yang akan
menjadi cahaya dan penyelamat kami di alam
yang lebih abadi.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad

No comments:

Post a Comment