Surah Muhammad ayat 7 :
"Wahai orang- orang yg beriman,
jika kamu menolong Allah, nescaya Dia akan
menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu."

Sunday, May 15, 2011

IKHLAS SEBAGAI TITIK TOLAK

“Sesungguhnya hari ini adalah satu hari di
antara hari-hari Allah, tidak patut di isi
dengan kebanggaan dan keangkuhan. Ikhlas
kanlah jihadmu dan tujulah Allah dengan
amalmu kerana hari ini menentukan hari-
hari yang akan datang.”

Demikianlah kata-kata Khalid bin Al Walid
di tengah-tengah berkecamuknya perang Yarmuk.

Perkataan ikhlas sudah begitu kerap kita dengar
dalam berbagai kesempatan.

Bagi aktivis dakwah, semestinya ikhlas tidak
boleh lagi menjadi sekadar retorik belaka,
melainkan ia :

Mesti hadir dan wujud dalam diri kita.
Menyatu dalam fikiran dan hati kita.
Bersenyawa dengan jiwa kita.
Seirama dengan degupan jantung dan tarikan
nafas kita.
Ikhlas adalah pusat aksi amal di mana :

Bermula dengannya kita meniti hari-hari.
Dengannya kita bekerja.
Melaluinya kita membangun ukhuwah.
Bersamanya kita menjejaki jalan dakwah ini.
Sungguh, perlu kita sedari bahwa hati seorang
hamba sentiasa dikepung dari berbagai penjuru
oleh :

Hawa nafsu.
Kepentingan sesaat.
Cita-cita duniawi.
Perasaan malas.
Hasrat ke arah kemaksiatan.
Gejolak ingin dipuji serta disanjung.
Kesemua ancaman-ancaman di atas sentiasa
mengintai akan keadaan kelemahan hati
kita dan ketika kesempatan kelemahan dan
kelalaian itu mereka dapatkan, dengan
segera mereka menembusi hati kita dan
menguasainya, Na'udzubillah.

Oleh yang demikian, sudah semestinya kita
menyedari dengan sepenuh hati, bahwa sejak
kali pertama kita bergabung dengan dakwah
ini, ikhlas telah menjadi tuntutan dan
kewajiban yang mengikat diri kita sehingga
Allah menampakkan kemenangan bagi
dakwah ini atau kita syahid dalam menegak
dan membelanya.

Sungguh, kita tidak perlu lagi menghuraikan
makna ikhlas dengan kata-kata kerana kita
semua bahkan telah menghafalnya di kepala
kita.

Namun kita perlu mengajak diri kita semua
untuk merenungi bersama pertanyaan-per
tanyaan berikut :

Apakah kita telah menjadikan ikhlas sebagai
sesuatu yang menyatu dalam diri kita, melebur,
menjasad, mendarah daging serta menjadi
bahagian yang tidak boleh dipisahkan dalam
diri kita?

Apakah ikhlas telah merasuk dalam fikiran
kita sehingga membuatkan kita menjadi
produktif sekaligus kreatif dalam mengeluar
kan gagasan untuk membangun dakwah ini
tanpa kecenderungan apapun selain kepada
Allah swt?

Apakah ikhlas telah melebur ke dalam hati
kita sehingga menjadikan kita mampu me-
mandang segala permasalahan dakwah ini
secara jernih dan menjadikan kita mampu
membangun ukhuwah yang sebenarnya bukan
sekadar hiasan kata apalagi untuk saluran
hasrat dan nafsu sesaat?

Apakah ikhlas telah menjadi jiwa dalam setiap
amal yang kita lakukan sehingga menjadikan
kita rela memikul amanah serta melaksana
kan apapun tugas-tugas dan amanah dakwah
dengan penuh tanggungjawab tanpa rasa berat
dan tidak berharap apa-apa balasan atas semua
itu kecuali hanyalah dari Allah swt?

Apakah ikhlas baru hanya sekadar kata-kata
tanpa makna atau ia cuma suatu retorik yang
kita suapkan kepada mutarabbi kita?
Takutlah kita kepada Allah swt kerana Dia
Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Sesungguhnya kemenangan dakwah ini sejak
dulunya sentiasa berkait dengan keikhlasan
para pendukungnya.

Mari kita kembali pada keaslian dakwah ini.

Apakah sebenarnya motivasi awal kita apabila
memilih kehidupan di jalan ini?
Apakah yang kita inginkan ketika kita bergabung
dengan dakwah ini?
Jawabannya adalah motivasi awal dan keinginan
kita apabila memilih kehidupan dan bergabung
dengan dakwah ini adalah semata-mata untuk
meraih ridha Allah.

Untuk tujuan itu, kita akan ikut berputar bersama
roda dakwah ini ke manapun ia berputar, tidak
akan berganjak darinya kerana kita yakin bahwa
kebaikan itu ada bersama dengan dakwah dan
kehinaan dunia dan akhirat apabila kita memisah
kan diri kita darinya.

Semua itu kita lakukan sebagai wasilah atau
jalan untuk meraih keridhaan Allah swt dan
bukan selain itu.

Bagi kita, ridha Allah adalah imbalan terbesar
dan termahal di mana kita sudah merasa cukup
dengan imbalan itu.

Nabi Muhammad saw pernah berpesan :

”Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu”.

Ungkapan hadits ini mengandungi makna bahwa
Allah berjanji akan menjaga dan melindungi kita
dari segala macam gangguan, godaan dan pujuk
rayu syaitan samada dari jenis jin ataupun manusia
selama mana kita menjaga keikhlasan hati kita
hanya kepada Allah swt.

Marilah kita jadikan ikhlas sebagai titik tolak :

Segala perbuatan kita.
Gerak-geri dan tingkah laku kita.
Sikap kita.
Kata-kata kita.
sehingga ia menjadi akar dan asas visi dan misi
kehidupan kita.

Mari kita letakkan ikhlas di lubuk hati kita yang
paling dalam sehingga ia menyertai segala niat
dan lintasan hati yang ada di benak kita.

Ya Allah, kami memahami bahwa ikhlas adalah
pusat aksi amal perbuatan manusia yang akan
menentukan tujuan dan matlamat yang betul
mengharapkan ridhaMu. Tetapkanlah keikhlasan
ke dalam lubuk hati kami sehingga ia benar-benar
menjadi tunjang dan tonggak kepada setiap amal
dan perbuatan kami yang akan diterima olehMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

WAN AHMAD

No comments:

Post a Comment