Surah Muhammad ayat 7 :
"Wahai orang- orang yg beriman,
jika kamu menolong Allah, nescaya Dia akan
menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu."

Monday, August 30, 2010

PERINGATAN BUAT MURABBI -
JANGAN HANYUT KETIKA MENILAI
ORANG LAIN

"Barangsiapa yang Allah dedahkan kepadanya
rahsia (kelemahan) hamba-hambanya, dalam
keadaan dia tidak meniru sifat Rahmat Allah,
nescaya pendedahan itu akan menjadi penyebab
bencana dan bahaya pada dirinya sendiri."

Fadhlullah Khairi ketika cuba menerangkan
maksud Ibn Athaillah, dalam perjalanan seorang
yang sedang menyucikan dirinya, menuju Allah
S.W.T kadang-kadang Allah bukakan rahsia dan
kelemahan hambaNya yang lain.

Ketika Allah dedahkan rahsia dan kelemahan
hambaNya yang lain itu, sedangkan dia tidak
menyediakan diri (tidak meniru) dengan sifat
Pemaaf, Belas, dan Rahmat Allah, nescaya dia
akan memandang kecil hamba Allah yang lemah
tadi. Malangnya, akan datang sifat sombongnya
sehingga dia sendiri akan rosak dengan
pengetahuannya tentang hamba Allah yang
lemah tadi.

Sepatutnya dalam perjalan menuju Allah S.W.T,
bila dia mengetahui kelemahan orang lain, dia
semakin insaf dan cuba melihat kelemahan orang
lain itu, sebagai bahan menyuci dirinya, cuba
membaiki, bukan, menghina orang yang lemah itu
dan mula berputik membangga diri... dan.... dan...
Semakin jauh dia dari perjalanan mulia ini...dan
mula menghasut orang lain untuk hidup dalam
kelompoknya yang sempit....dan merasakan mereka
sahaja yang betul dan hinanya orang lain

Moga Allah muliakan kita semua.

Allahu a'lam......

ustaz Hasanuddin Mohd Yunus

Saturday, August 21, 2010

SEPANJANG PENGALAMAN INI......


Sepanjang pengalaman dlm berda’wah ini, rupanya:

Dalam kesusahan, ada kegembiraan Allah berikan.

Dalam kepayahan, ada banyak jalan Allah bukakan.

Dalam kemiskinan, ada banyak kekayaan yang Allah
anugerahkan.

Dalam kesempitan, ada banyak kelapangan yang
dapat dirasakan.

Dalam kesibukan, ada cukup masa untuk penuhi
semua keperluan.

Hakikatnya, duat, mujahid, sentiasa gembira dgn
janji2 Allah jua........

Kerana jiwanya akan terus berusaha menggapai
yang lebih luas dan lapang dari langit dan bumi
serta segala isinya....
AVOID THESE – AGE GRACEFULLY

Free radicals.

Free radicals are chemically unstable molecules
that attack your cells and damage your DNA.
You can limit your exposure to them by avoiding
cigarettes, trans fats, charred meats, and other
sources.

Organic fruits and vegetables will also limit your
exposure to pesticides and herbicides, which
contain the harmful molecules.

Inflammation.

Inflammation is a major player in many diseases
of aging, including cancer, diabetes, heart
disease, and Alzheimer's. One way to avoid it is
to follow a Mediterranean-style diet.
Other great anti-inflammatory foods include
turmeric, dark chocolate, and the anti-aging
chemical resveratrol. Exercise is another great
way to lower inflammation.

Glycation.

Glycation is what happens when sugar mixes with
proteins and fats to form molecules that promote
aging. Advanced glycation end products, or AGEs,
are thought to accelerate your aging process by
churning out free radicals and promoting
inflammation. One way to avoid ingesting AGEs
is to turn down the heat when you cook.
The browning effect of high-heat cooking causes
these molecules to form. Limiting your intake
of sugar-filled foods in general will also help.

Stress.

Stress initiates the release of a variety of hormones
that make your pulse race and cause your blood
pressure to rise. The hormone cortisol, released
to lessen these effects, also creates problems when
it remains chronically elevated. Try practicing
relaxation techniques to help manage stress, and
get enough sleep every night.

Sources:
U.S. News & World Report July 29, 2010
The Guardian August 1, 2010

Friday, August 20, 2010

TAZKIRAH RAMADHAN

Sedar tak sedar 1/3 telah berlalu!
Dan 1/3 itu banyak!

Sesungguhnya 1/3 telah berlalu!
Dan 1/3 adalah banyak. Bagaimana
amalan pada 1/3 yang lalu?

Masa terlalu suntuk untuk lemah dan
bermalas-malas. Bangkit segera!
Rungkaikan selimut kerehatan!
Ramadhan sedang bergerak pantas
meninggalkan sesiapa yang malas!

Ketepikan kemalasan!
Nyahkan kelemahan!
Kejar keampunan!
Buru ketaqwaan!
Penatkan badan dalam ketaatan!

Wahab bin Munabbih berkata: Sesiapa
yang bersungguh-sungguh mengerjakan
ibadah, akan bertambah kekuatannya.
Dan sesiapa yang bermalas-malas, dia
akan bertambah lesu dan lemah.

Thabit al-Bannani berkata, seorang ‘abid
berkata kepadanya: Apabila aku tidur,
lepas itu aku terjaga, kemudian aku cuba
tidur kembali, Allah tidak akan tidurkan
mataku lagi.

Beliau menambah: Tidak dinamakan
seseorang ‘abid itu ‘abid sekalipun terdapat
padanya semua aspek kebaikan melainkan
dia memiliki dua ciri: puasa dan solat.

Kedua-dua ciri itu merupakan sebahagian
daripada darah dan dagingnya.

Abu Ishak as-Subai’ei menderita sakit,
seluruh anggotanya lemah selama dua
tahun sebelum menemui ajalnya. Dia
tidak berupaya untuk bangun tanpa
pertolongan orang lain. Apabila dia
sudah berdiri tegak (dengan bantuan
orang lain), dia memulakan solat, membaca
1000 ayat dalam keadaan berdiri!

Subhanallah! Alangkah malunya kita.
Mari sama-sama kita manfaatkan sepenuhnya
Ramadhan yang masih berbaki 2/3 dengan
berpuasa dalam erti kata yang sebenarnya,
qiamul-lail, tilawah, istighfar, sedekah,
menyediakan makan untuk orang berbuka
puasa, menghubungkan silatul-rahim,
berda'wah dan lain-lain.

Mari tingkatkan iman dan taqwa, gandakan
amal, jejaki Lailatul-Qadar!
Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan
hamba yang dibebaskan dari api neraka! Amin….!

أختكن فى الله
كق مزنة

Monday, August 16, 2010

KATA-KATA HIKMAH

L.E.A.R.N.

LEARN to LOVE : sesama manusia, cinta Alam,
memupuk kasih sayang dan persaudaraan sejati.....

LEARN to EARN : mencari rezeki dan pendapatan
yang Halal lagi diberkati...

LEARN to have a good ATTITUDE : sikap dan
pendirian yang betul yang tidak bercanggah
dengan ajaran yang benar....

Learn to manage a good REST : supaya sentiasa
fit physically, spiritually, mentally, emotionally ....

LEARN to have a balanced diet and a good
NUTRITION : makanan dan pemakanan
seimbang....

Ya,kita senantiasa di dalam proses belajar..... Learn.....learn.....learn....

Sampailah kita dikuburkan dan bertemu dengan Allah ...

Maka proses LEARN pun TAMMAT....

Sunday, August 8, 2010

10 Pohon Ramadhan

Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah
Ramadhan adalah pohonnya. Mediumnya
adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang
kita tanam di medium Ramadhan, itulah
yang akan kita petik, itulah yang akan kita
ni'mati. Karena “siapa menanam dia yang
menuai”.

Pertanyaannya; Pohon apakah yang perlu
kita tanam di bulan suci ini?

Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang
mesti kita tanam di medium bulan
Ramadhan ini:

Pohon pertama, puasa. Tidak sekedar menahan
hal yang membatalkan puasa –makan, minum
dan berhubungan biologis - dari terbit fajar
sampai terbenamnya matahari saja. Karena,
kalau hanya sekedar menahan yang demikian,
boleh jadi anak kecil, bisa melakukannya.
Betapa anak-anak kita sudah belajar puasa
semenjak dibangku sekolah bukan?

Nah, kalau demikian, apa bezanya puasa kita
dengan mereka? Harus ada nilai lebih, yaitu
menjaga dari yang membatalkan nilai dan pahala
puasa.
Apa yang membatalkan nilai puasa? Di antaranya
bohong, ghibah, namimah, mengumpat, hasud dan
penyakit hati lainnya. Dengan demikian, mata,
telinga, lisan, tangan, kaki dan anggota badan kita
ikut serta berpuasa.

“Betapa banyak orang yang puasa, tidak mendapatkan
sesuatu kecuali hanya rasa lapar dan dahaga semata.”
Begitu penegasan Rasulullah saw.

Pohon kedua, sahur. Sahur tidak pengganti sarapan
pagi, bukan juga penambah makan malam. Namun
sahur yang penuh berkah, yang dilakukan diakhir
men jelang waktu fajar. Di sinilah waktu-waktu yang
sangat mahal, doa dikabulkan, permintaan dipenuhi.
Sehingga ketika melaksanakan sahur tidak sambil
nonton hiburan, tayangan yang melenakan, oleh media
elektronik. Sibukkan diri dan keluarga kita dengan
mensyukuri nikmat Allah dengan bersama-sama
melaksanakan sunnah sahur ini dengan penuh hikmat
dan kekeluargaan.
“Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkatan.”
Begitu sabda Rasulullah saw. mengajarkan.

Pohon ketiga, iftar (Buka puasa). Sunnah buka puasa
itu disegerakan. Ketika dengar kumandang azan
Maghrib, segera lakukan buka puasa. Jangan tunda,
jangan di tangguh2kan.

Dengan apa kita iftar? Sunnahnya dengan ruthab atau
kurma muda. Berapa biji? Bilangan ganjil satu atau
tiga biji. Kalau tidak ada, seteguk air putih. Itu yang
dilakukan Rasulullah saw., bukan dengan memakan
aneka hidangan, bukan. Dan Rasulullah saw. pun
baru makan besar setelah shalat tarawih.
Iftar bukan kerana balas dendam, seharian manahan
lapar, seakan ingin melampiaskan rasa laparnya
dengan memakan semua yang ada. Perilaku ini tentu
tidak akan membawa perubahan dalam kehidupan
pelakunya. Justeru dengan berlapar-lapar sambil
merenungkan hikmah puasa dan menjadi bukti
kesyukuran adalah sebagian dari target berpuasa.
Sehingga dengan sedar dan hikmah kita berdoa
saat berbuka:
“Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dengan rezki-Mu
aku berbuka, telah hilang rasa haus-dahagaku,
kerongkongan telah basah, karena itu tetapkan
pahala bagiku, insya Allah.”

Pohon keempat, solah terawih. Terawih berasal dari
akar kata “raaha-yaruuhu-raahatan-watarwiihatan-
yang artinya rehat, istirahat, santai. Sehingga solah
terawih adalah solah yang dilaksanakan dengan
toma’ninah, santai, khusyu’ dan penuh penghayatan,
bukan hanya sekedar mengejar target bilangan
raka'atnya saja, mahu delapan, dua puluh atau
empat puluh.... kerjakanlah dengan memperhatikan
rukun, wajib, dan sunnah solahnya.

Kalau kita disuruh memilih, apakah solah terawih di
masjid yang dalamnya dibaca “idzaa jaa’a nashrullahi
wal fathu” atau solah terawih di masjid yang baca
“idzaa jaa’akal munaafiquna qaaluu nasyhadu innaka
larasuuluh…” Pilih mana?
Kita tidak dalam posisi membandingkan surah yang
dibaca, semua adalah surah dalam Al-Qur’an, namun
kita ingin membandingkan sikap kita, apa kita pilih
yang panjang-panjang namun khusyu’ atau pilih yang
pendek-pendek namun secepat kilat.

Umat Islam harus berani menilai diri dalam hal
perlaksanaan solah terawih ini. Sebab, sudah kesekian
kali kita melaksanakan solah terawih dalam hidup
kita, namun kita belum bisa meresapi, merenungkan
dan mendapatkan manisnya solah, bermunajat kepada
Allah swt. secara langsung.

Bukankah Rasulullah saw. meneladankan kepada
kita, bahwa beliau solah terawih, di reka’at pertama
setelah beliau membaca surat Al-Fatihah, beliau
membaca surah Al-Baqarah sampai selesai, para
sahabat mengira beliau akan ruku’, namun beliau
melanjutkan membaca surah An-Nisa’ sampai selesai,
para sahabat kembali mengira beliau akan ruku’,
namun kembali beliau membaca surah Ali-Imran
sampai selesai, baru beliau ruku’. Sedangkan ruku’,
i’tidal dan sujud beliau lamanya seperti beliau berdiri
rakaat pertama. Subhanallah!

Tentu kita tidak sekuat Rasulullah saw. namun yang
kita teladani dari beliau adalah pelaksanaannya,
dengan cara yang toma’ninah, khusyu’ dan penuh
tadabbur.

Pohon kelima, tilawatul Qur’an. Membaca Al-Qur’an.
Atau yang populer adalah tadarus Al-Qur’an.
Tadarus tidak hanya dilakukan di bulan suci ini,
juga dilakukan setiap hari di luar Ramadhan,
namun pada bulan suci ini tadarus lebih dikuatkan,
ditambahkan kuantitas dan kualitasnya. Setiap
malam, Rasulullah saw. bergantian bertadarus
dan mengkhatamkan Al-Qur’an dengan malaikat
Jibril.

Imam Malik, ketika memasuki bulan suci Ramadhan
meninggalkan semua aktivitas keilmuan atau
memberi fatwa. Semua ia tinggalkan hanya untuk
mengisi waktu Ramadhannya dengan tadarus.

Imam Asy-Syafi’i, si-empunya madzhab yang diikuti
di negeri ini, ketika masuk bulan Ramadhan ia
mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali, sehingga
beliau khatam Al-Qur’an 60 kali selama sebulan
penuh. Subhanallah!
Kita tidak perlu mendebat, apakah itu mungkin?
Bagaimana caranya beliau bisa melakukan hal itu?
Esensi yang jauh lebih penting adalah, semangat dan
mujahadah yang kuat itulah yang mesti kita miliki
dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Pohon keenam, ith’aamul iftar (memberi berbuka
puasa). Jangan diremehkan memberi berbuka
puasa kepada orang yang berpuasa, baik
langsung maupun lewat masjid. Walau hanya
satu butir kurma, satu teguk air, makanan,
minuman dan lainnya. Sebab, nilai dan pahalanya
sama seperti orang yang berpuasa yang kita
kasih berbuka itu. Di negara-negara Timur-Tengah,
tradisi dan sunnah memberi buka puasa ini
sangat kental. Hampir-hampir setiap rumah
membuka pintu selebar-lebarnya bagi para
kerabat, musafir, tetangga, sahabat, untuk
berbuka bersama dengan mereka.

Kita jadikan memberi buka bersama ini sebagai
sarana menebar kepedulian, kekeluargaan,
keakraban, dengan sesama, lebih lagi sebagai
sarana fastabiqul khairat.

Pohon ketujuh, i’tikaf. Melaksanakan i’tikaf 10
hari akhir Ramadhan. Inilah amalan sunnah
muakkadah yang tidak pernah ditinggalkan
Rasulullah saw. semasa hidupnya. Lebih dari 8
atau 9 kali beliau beri’tikaf di bulan suci ini,
bahkan di tahun di mana beliau meninggal,
beliau beri’tikaf 20 hari akhir Ramadhan.
Beliau membangunkan istri-sitrinya, kerabatnya
untuk menghidupkan malam-malam mulia
dan mahal ini. (baca i’tikaf)

Pohon kedelapan, taharri lailatail qadar.
Memburu lailatul qadar. Usia rata-rata umat
Muhammad adalah 60 tahun, jika lebih, itu kira
bonus dari Allah swt. Namun usia yang relatif
pendek itu bisa menyamai nilai dan makna usia
umat-umat terdahulu yang bilangan umur mereka
ratusan bahkan ribuan tahun. Bagaimana caranya?
Ya, dengan cara memburu lailatul qadar, sebab
orang yang meraih lailatul qadar dalam kondisi
beribadah kepada Allah swt., berarti ia telah
berbuat kebaikan sepanjang 1000 bulan atau
84 tahun 3 bulan penuh. Jika kita meraih lailatul
qadar sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya,
maka nilai usia dan ibadah kita bisa menyamai
umat-umat terdahulu.

Rahsia inilah yang di yaumil akhir kelak, umat
Muhammad saw. dibangkitan dari alam kubur
terlebih dahulu, dihisab terlebih dahulu, di
masukkan ke syurga terlebih dahulu, dan juga
dimasukkan ke neraka terlebih dahulu,
waliyadzu billah.

“Pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari
kebaikannya berarti ia telah benar-benar
terhalang dari kebaikan.” (H.R. Ahmad)

Pohon kesembilan, umrah. Melaksanakan
ibadah umrah dibulan suci Ramadhan,
terutama 10 akhir Ramadhan. Sebab
melaksanakan umrah di bulan suci ini
seperti malaksanakan ibadah haji atau
ibadah haji bersama Rasulullah saw.

“Umrah di bulan Ramadhan sebanding
dengan haji.” Dalam riwayat yang lain:
“Sebanding haji bersamaku.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Pohon kesepuluh, menunaikan ZISWAF,
yaitu mengeluarkan zakat, infaq, sedekah
dan wakaf. ZISWAF adalah merupakan ibadah
maaliyah ijtima’iyyah, ibadah yang terkait
dengan harta dan berdampak pada manfaat
sosial. Mengeluarkan ZISWAF tidak hanya
di bulan suci Ramadhan, kecuali zakat fitrah
yang memang harus dikeluarkan sebelum
solah iedul fitri, sedangkan zakat-zakat yang
lain, sedekah dan infaq dilakukan bila2 saja dan
di mana saja, namun karena bulan Ramadhan
menjanjikan kebaikan berlipat, biasanya
kesempatan ini tidak disia-siakan umat muslim,
sehingga umat muslim berbondong-bondong
menunjukkan kepeduliannya dengan berZISWAF.
Tentu dilakukan dengan baik, benar dan
tidak memakan korban. Lebih baik lagi jika
disalurkan lewat Lembaga Amil Zakat yang
memang mengelola dana-dana umat ini
sepanjang hari, tidak hanya tahunan.
Berbicara tentang potensi ZISWAF di negeri
ini sangatlah besar jumlah, setiap tahunnya
potensi ZISWAF itu 19, 3 Trilyun Rupiah.
Subhanallah, dana yang tidak sedikit yang
jika bisa digali, diberdayakan, maka ekonomi
umat Islam akan lebih baik.

Inilah 10 pohon Ramadhan, “Siapa menanamnya
ia akan menuai”, biidznillah. Allahu a’lam.....

Friday, August 6, 2010

RAMADHAN YANG DI NANTI OLEH PENGHUNI
LANGIT DAN BUMI

Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah
menganugerahkan makhluk-Nya satu bulan yang
dilimpahi segala kebaikan dan keistimmewaan
yang tak terperikan. Seluruh makhluk di langit
dan di bumi teruja menanti ketibaan bulan mulia
penuh barakah itu. Bulan yang satu-satunya
disebut namanya di dalam kitab suci al-Quran
dan dikaitkan pula dengan perisitiwa turunnya
kitab itu sendiri!

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ

“(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah)
bulan Ramadhan yang padanya diturunkan
Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian
manusia dan menjadi keterangan-keterangan
yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan)
perbezaan antara yang benar dengan yang
salah….” Al-Baqarah 2:185.

Mereka yang mengetahui dan menghargai
anugerah yang agung ini pastinya ternanti-
nanti penuh rindu dan mengharap agar di
pertemukan dengan Ramadhan dan berazam
untuk meraih sebanyak-banyaknya kebaikan
dan kelebihan yang dijanjikan.

Renungkan betapa alam buana ini dipersiapkan
untuk menanti ketibaan Ramadhan!

1. Pintu-pintu langit dibuka sepanjang bulan
Ramadhan sebagaimana dinyatakan di dalam
sepotong Hadis yang bermaksud: “Apabila tiba
malam pertama Ramadhan, dibuka semua pintu
langit, tidak akan ditutup satupun daripadanya
sehinggalah ke malam terakhir Ramadhan”
Riwayat al-Munziri daripada Abi Sa’eid al-
Khudri di dalam ‘at-Targhib wa at-Tarhib’.

2. Dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-
pintu neraka, dipasung syaitan-syaitan.
(Maksud Hadis riwayat Muslim daripada
Abu Hurairah r.a.)

3. Setiap malam penghuni langit menyeru penghuni
bumi sehingga tersembul fajar: “Wahai pencari
kebaikan, mara dan bergembiralah! Wahai pencari
kejahatan, undur dan berhentilah! Siapakah yang
ingin memohon ampun, lalu dia diampun?
Siapakah yang ingin bertaubat, lalu dosanya
dihapuskan? Siapakah yang ingin meminta, lalu
permintaannya ditunaikan?” (Maksud Hadis
riwayat al-Munziri daripada Abdullah bin
Mas’ud r.a.

Itu merupakan sebahagian persediaan ahli langit
untuk menyambut ketibaan Ramadhan. Maka
apakah persediaan ahli bumi?

1. Perlu memahami dan meyakini peluang yang
sangat besar serta tawaran yang cukup hebat ini.
Rasai dan syukuri betapa bertuahnya diberi
peluang menyambut Ramadhan sekali lagi,
peluang yang mungkin terakhir. Maka tanamkan
azam seutuhnya di dalam diri untuk mengisi
Ramadhan dengan segala kebaikan yang termampu.

2. Ingat selalu sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud:
“Sesiapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan
dia mengetahui batasan-batasannya dan
memelihara diri daripada melakukan perkara
yang tidak sepatutnya dilakukan, akan dihapuskan
daripadanya dosanya yang lalu” Riwayat Ibn Hibban
dan al-Baihaqiy daripada Abi Sa’eid al-Khudriy r.a.
Dosa terhapus bermakna selamat dari siksa api neraka!

3. Siapkan senarai amalan yang hendak dibuat
dengan kefahaman setiap kebaikan diberi pahala
berlipat kali ganda. Nabi s.a.w. bersabda maksud
nya: “Sesiapa yang mendekatkan diri kepada Allah
dengan satu kebaikan (yang sunat), baginya pahala
seperti melakukan yang wajib pada bulan selainnya.
Sesiapa yang menunaikan satu amalan yang wajib,
baginya pahala seperti menunaikan 70 amalan
yang wajib pada bulan selainnya. Ramadhan adalah
bulan ditambahkan rezeki orang yang beriman”.
Riwayat al-Munziri

4. Ingat memperingati dan berlumba-lumba mengejar
kebaikan selari dengan gesaan Rasulullah s.a.w. di
dalam Hadis yang bermaksud: “Telah datang kepada
kamu Ramadhan, bulan barakah yang dicurahkan
Allah ke atas kamu. Dia menurunkan rahmah,
menghapuskan dosa dan memaqbulkan doa. Allah
melihat kepada kamu yang berlumba-lumba
(melakukan kebaikan) di bulan Ramadhan dan
Dia berbangga di hapadan malaikat-Nya. Maka
perlihatkanlah kepada Allah dirimu yang baik.
Sesungguhnya orang yang celaka itu ialah orang
yang dihalang daripada mendapat rahmah-Nya
di bulan Ramadhan”. Riwayat al-Munziri daripada
Ubadah bin as-Samit.

5. Mohon doa sebanyak-banyak di waktu yang di
janjikan mustajab pada setiap hari bulan Ramadhan,
iaitu ketika berbuka. “Tiga golongan yang tidak di
tolak doa mereka, orang yang berpuasa ketika ia
berbuka, imam (pemimpin) yang adil dan orang
yang dizalimi” Maksud Hadis riwayat Ahmad
daripada Abu Hurairah r.a.

6. Jagalah anggota, khususnya mata, telinga dan
lidah dari melakukan perkara yang haram. Nabi
s.a.w. bersabda maksudnya: “Puasa itu perisai.
Maka janganlah kamu mencarut dan jangan
berkelakuan bodoh. Jika seseorang memerangimu
atau mencacimu, maka katakanlah kepadanya
‘sesungguhnya aku berpuasa’ sebanyak dua kali.
Demi Tuhan yang jiwaku di dalam tangan-Nya,
bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah Ta’ala daripada wanginya kasturi.
Allah berfirman yang bermaksud : dia telah
meninggalkan makanan, minuman dan nafsu
syahwahnya kerana-Ku. Puasa adalah untuk-Ku
dan Akulah yang akan memberi ganjarannya.
Dan setiap satu kebaikan itu sepuluh kali ganda
seumpama dengannya” (Maksud Hadis riwayat
al-Bukhari daripada Abu Hurairah r.a.)

Marilah sama-sama kita berdoa agar diri kita
termasuk dalam golongan mereka yang menghargai
anugerah yang hebat ini serta berjaya memperoleh
syurga yang dijanjikan untuk hamba-Nya yang berpuasa.
Amien........

Ustazah Maznah Daud

Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan


“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian
bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan
maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang
paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam
yg paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi
tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan
ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu
ibadah, amal-amalmu di terima, dan doa-doamu
di ijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu
dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar
Allah membimbingmu untuk melakukan puasa
dan membaca Kitab-Nya.

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan
Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan
rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan
di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum
fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu,
sayangilah yang muda, sambungkanlah tali
persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan
pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu
memandangnya dan pendengaranmu dari apa
yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah
anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia
anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.
Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada
waktu solahmu karena itulah saat-saat yang paling
utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang
hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia
menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya,
menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya
dan mengabulkan doa mereka ketika mereka
berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai
karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan
istighfar. Punggung-punggungmu berat karena
beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan
memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala
kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab
orang-orang yang solah dan sujud, dan tidak akan
mengancam mereka dengan neraka pada hari
manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.

Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi
buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa
di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan
membebaskan seorang budak dan dia diberi
ampunan atas dosa-dosa yang lalu.

(Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah,
tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan khutbahnya, “Jagalah
dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan
sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau
pun hanya dengan seteguk air.”)

Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya
di bulan ini, ia akan berhasil melewati Sirathal
Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang
yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau
pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan
pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa
menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan
menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa
dengan-Nya.

Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini,
Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa
dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali
persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini, Allah
akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya
pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa
memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah
akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia
berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan solah sunat di bulan ini,
Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari
api neraka. Barangsiapa melakukan solah fardu,
baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat
fardu di bulan lain.

Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku
di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya
pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa
di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran,
ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran
pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu syurga
dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu
agar tidak pernah menutupkannya bagimu.
Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada
Rabmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu.
Syaitan-syaitan terbelenggu, maka mintalah agar ia
tak lagi akan menguasaimu.”

{Aku (Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini)
berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang
paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal
Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah
menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.}

Wednesday, August 4, 2010

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan
kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan
dalam keadaan sihat wal afiat. Dengan keadaan
sihat, kita bisa melaksanakan ibadah secara
maksima di bulan itu, baik puasa, solah, tilawah,
dan zikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa
Rasulullah saw apabila masuk bulan Rejab selalu
berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban,
wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkatilah
kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan
kami ke bulan Ramadhan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-solih selalu memohon kepada Allah
agar diberikan kurnia pada bulan Ramadan; dan
berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila
telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa
kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu
alaina bil amni wal iman was salamah wal islam
wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya
Allah, kurniakan kepada kami pada bulan ini
keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman;
dan berikan kepada kami taufik agar mampu
melakukan amalan yang engkau cintai dan redhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas kurnia Ramadhan
yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam
Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan
bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan
diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud
kepada Allah sebagai tanda syukur, dan memuji Allah
dengan pujian yang sesuai dengan keagunganNya.”

Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah
kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan
kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.
Maka, ketika Ramadhan telah tiba dan kita dalam
keadaan sihat wal afiat, kita harus bersyukur dengan
memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan.
Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira
kepada para shahabat setiap kali datang bulan
Ramadhan, “Telah datang kepada kalian bulan
Ramadhan, bulan yang penuh berkat. Allah telah
mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada
bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan
menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-solih sangat memperhatikan bulan
Ramadhan. Mereka sangat gembira dengan
kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang
paling besar selain kedatangan bulan Ramadhan
karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan
turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan
manafaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan.
Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap
detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa
membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada
Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan
ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah
akan membantunya dalam melaksanakan
agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan
aktiviti-aktiviti kebaikan. “Tetapi jikalau mereka
benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih
baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah
di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin
beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib
mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum
Ramadhan datang agar puasa kita benar dan di
terima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada
orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada
mengetahui,” begitu maksud firman Allah
di dalam Al-Qur’an surah, Al-Anbiyaa’: ayat 7.

7. Sambut Ramadhan dengan tekad meninggalkan
dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara
benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan
adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman, supaya kamu beruntung.”
[Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang
mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majlis
ilmu yang membicarakan tentang keutamaan, hukum,
dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap
untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadhan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan
dengan:
• buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da
solah subuh dan zuhur.
• membahagikan buku saku (pocket book) atau
selebaran (leaflet) yang berisi nasihat dan keutamaan
puasa.

10. Sambutlah Ramadhan dengan membuka lembaran
baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan
nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan
risalah da'wahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya.
Kepada orang tua, isteri-anak, dan karib kerabat,
dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada
masyarakat, dengan menjadi orang yang paling
bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling
baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Tuesday, August 3, 2010

8 Kemuliaan Ramadhan

Rasulullah saw. memberikan sambutannya menjelang
Bulan Suci Ramadhan. “Wahai segenap manusia,
telah datang kepada kalian bulan yang agung penuh
berkah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam
yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban,
dan qiyam di malam harinya sebagai sunnah.
Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan,
maka pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan
70 kewajiban.

Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan
kesabaran adalah surga. Ramadhan merupakan
bulan santunan, bulan yang dimana Allah
melapangkan rezeki setiap hamba-Nya. Barangsiapa
yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang
yang berpuasa, maka akan diampuni dosanya, dan
dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan
pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tanpa
mengurangi pahala orang berpuasa tersebut.”
(HR Khuzaimah)

Sambutan Nabi Muhammad saw. ini merupakan
teladan bagi umatnya dalam menghadapi datangnya
Bulan Ramadhan. Sambutan hangat penuh
kegembiraan yang Beliau sampaikan menunjukkan
perlunya tarhib Ramadhan seperti khutbah Nabi ini
ditradisikan kaum muslimin. Jika ada satu momen
dimana kepala negara menyampaikan pidatonya
tentulah momen tersebut bukan momen biasa. Itu
sebuah program superpenting dengan momen paling
istimewa. Demikian pula dengan bulan Ramadhan
yang penuh dengan keunggulan dan kemuliaan.
Dari hadits tersebut, Nabi kita menyebutkan 8
keistimewaan Ramadhan dibandingkan
bulan-bulan lainnya, yaitu:

1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)

Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala.
Namun juga digunakan untuk menunjukkan
kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan
sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah
memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat
mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh
manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan
Ramadhan adalah karena Allah juga
mengagungkan bulan ini. Firman Allah,
“Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha
mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan
syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari
hati yang bertakwa.”

Diagungkan Allah karena pada bulan inilah
Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu
dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha
Pemurah Penyayang menetapkan dan
mensucikan bulan ini kemudian memberikan
segala kemurahan, kasih sayang, dan
kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin
mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Syahrul Mubarak

Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil
guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi
detik di Bulan Suci ini bagaikan rangkaian berlian
yang sangat berharga bagi orang beriman.
Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa
menjadi ibadah berpahala yang balasannya
langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun
nilainya dilipatgandakan sehingga kita menjadi
puas dalam melakukannya.

Keberkatan Ramadhan oleh Nabi kita secara
garis besar dibagi 3, yaitu 10 malam periode
pertama penuh rahmat Allah, 10 berikutnya
diisi dengan ampunan (maghfirah), sedangkan
di 10 malam terakhir merupakan
pembebas manusia dari api neraka. Keberkahan
yang Allah berikan ini akan optimal jika kita
mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah
sebagaimana arahan Rasulullah saw.

3. Syahru Nuzulil Qur’an

Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus
menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Semaklah
firman Allah dalam rangkaian ayat puasa,
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi
petunjuk, dan furqan (pembeda).”
(Al-Baqarah: 185)

Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama
amaliyah Ramadhan membentuk insan
takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai
manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat
dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat
dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw.
mendapatkan wahyu pertama pada bulan
Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan
Malaikat Jibril datang sampai dua kali untuk
menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah
saw. terhadap Al-Qur’an. Bagi ummat
Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an
kembali nuzul ke dalam jiwa mereka manakala
mengikuti program Ramadhan dengan benar.

4. Syahrus Shiyam

Pada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir
kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang)
Islam yang sangat penting, yaitu shaum
(puasa). Kewajiban puasa sebagaimana
kewajiban ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan
penuh seorang muslim mengkonsentrasikan
diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan
shalat Subuh atau Maghrib yang memakan
waktu beberapa minit saja. Puasa Ramadhan
dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga
terbenam matahari (Magrib). Tidak cukup
menilai dari yang membatalkannya seperti
makan dan minum atau berhubungan
suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib
membangun akhlaqul karimah, meninggalkan
perbuatan maksiat dan yang makruh
(yang dibenci Allah).

5. Syahrul Qiyam

Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam
untuk menjalankan amalan orang-orang
saleh seperti sholat tahajjud dan membaca
Al-Qur’an dengan benar di dalam solah
malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah
mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan
ketinggian derajatnya setiap mukmin sangat
dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di
luar Ramadhan dia bisa terbiasa mengamalkan
qiyamullail.

6. Syahrus Sabr (bulan sabar)

Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk
senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji.
Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk
kelemahan mental, spiritual dan operasional.
Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan
balasan orang-orang yang sabar adalah surga.

Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja
besar yang berisiko seperti dalam dakwah dan
jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim
beramal islami dalam berjamaah untuk
meninggikan kalimat Allah.

7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)

Ramadhan menjadi bulan santunan manakala
orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa
puasanya mendidik mereka untuk memiliki
empati kepada fakir miskin karena merasakan
lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan.
Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi
pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi
harus menjadi watak yang ditanamkan.

Segala amal yang berkaitan dengan amwal
(harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak,
wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta
pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia
ini. Memberi meskipun kecil, bernilai besar
di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum
pada orang yang berpuasa meskipun hanya
seteguk air, berpahala puasa seperti yang
diperoleh orang yang berpuasa.

8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min

Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah
karena segala kemudahan dibuka oleh Allah
seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung,
orang yang jadi pegawai dapat kelebihan
pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki
terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah
dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan
mulia ini.

Sunday, August 1, 2010

Nikah Khitbah : Solusi Masalah Cinta Remaja!

Oleh : Ustaz Maszlee Malik

Selepas Majalah I sudi menerbitkan artikel
“Cinta anta dan anti” penulis menerima banyak
maklum balas. Sama ada melalui sms, panggilan
telefon, emel dan juga pertanyaan-pertanyaan.
Apabila majalah I bulan Mac pun turut
memaparkan reaksi para pembaca mengenai
artikel tersebut, persoalan ini semakin popular.
Terdapat juga pertubuhan-pertubuh an di IPTA
dan IPTS menjemput penulis untuk berbicara
“soal cinta”. Walaupun bukanlah seorang pakar
dalam hal ini, namun pengalaman yang dilalui
sepanjang enam tahun menjadi pensyarah IPT
turut mendorong artikel tersebut dihasilkan.

Antara soalan yang biasa diajukan kepada penulis
berkaitan artikel “cinta anta dan anti” ialah:
“Apakah kesudahannya?” atau “Apakah penyelesaiannya?”
Artikel tersebut seolah-olah tergantung, dan ramai
yang begitu ingin mendapatkan jawapannya.

“Ustaz, jangan biarkan kami terawang-awang begini,
berikanlah penyelesaiannya!”, antara bunyi sms yang
pernah diterima. Mudah-mudahan nukilan ini cuba
memberikan alternatifnya.

Akibat Kurang Bercinta

Ketika ada yang bertanya punca siswa dan siswi
Melayu kurang cemerlang di IPT, saya jawab dengan
mudah: “Mereka kurang bercinta!”. Tentu ramai yang
tidak berpuas hati dengan jawapan tersebut. Mereka
lantas mengungkit teori saya bahawa ramainya pelajar
Melayu gagal di IPT adalah kerana gejala “coupling”.
Coupling hanya menghabiskan masa, duit, perasaan
dan juga tenaga intelektual yang mereka ada. Saya
menegaskan bahawa memang “coupling”lah yang
menjadi faktor utama kegagalan pelajar-pelajar IPT,
tidak kira Melayu atau bukan.Coupling hanya
membawa kepada kegagalan, kecuali coupling yang
halal, iaitu menerusi perkahwinan! Lihat sahajalah
laporan akhbar kosmo mengenai kegiatan seks luar
nikah dan juga aktiviti pengguguran para siswi IPT
di ibu kota .

Cuma bercinta dan coupling adalah dua benda yang
berbeza. Bercinta yang dimaksudkan ialah proses
percintaan yang sebenar. Cinta yang suci dan bersifat
positif dan jauh dari pencemaran maknanya yang hakiki.
Cinta yang difahami oleh kebanyakan orang dewasa ini
adalah “nafsu” dan bukannya cinta. Cinta telah
ditukarkan kepada nafsu oleh idealogi materialisme
dan juga liberalisme yang berjaya menjajah pemikiran
manusia dewasa ini. Cinta sebenarnya bersifat suci
dan positif , serta jauh dari nafsu. Sayangnya apabila
manusia gagal memahami erti cinta, mereka telah
menjadikannya sesuatu yang taboo, negatif dan juga
tidak suci lagi.

Coupling pula, walaupun dari segi literalnya bersikap
neutral, tetapi telah dikotorkan oleh idealogi liberal
yang menjadikannya hanya sebagai definisi kepada
perhubungan intim dia insan berlainan jantina sebelum
berkahwin. Mengikut tafsiran coupling yang difahami
oleh ramai orang dewasa ini, ia bukanlah bercinta,
tetapi lebih kepada “melayan nafsu serakah” semata-mata.

Cinta yang dimaksudkan di sini ialah cinta suci.
Cinta kepada Allah dan Rasul, cinta kepada agama
Islam, cinta kepada ibu bapa, cinta kepada Negara
dan juga cinta kepada pasangan suami atau isteri.
Cinta akan menjadi unsur motivasi dan penggerak,
dengan syarat ia adalah cinta sejati!
Khitbah Bukan Tunang

Salah seorang remaja dari salah sebuah IPT di Gombak
pernah mengatakan, “Alah, takkan tak boleh couple
ustaz, kita ni bukan hidup zaman dulu lagi. Lagipun
bukan buat apa-apa, untuk suka-suka aje!”.

Penulis menjawab: “Siapa kata tak boleh coupling?
Nak bercouple, bercouplelah, tapi kena dengan cara
yang halal…iaitu bernikah!”.

Jika diutarakan persoalan nikah, ramai yang akan
memberikan respon yang skeptic. “Mana ada duit!”,
“Nak bagi anak orang makan apa?”, “Mak bapak
tak kasi!”, “Nak tinggal di mana?”, “Mana ada kerja
lagi!”, “Diri sendiri pun tidak terjaga!” dan pelbagai
alasan lagi. Mengapa mereka boleh mengemukakan
alasan-alasan untuk melakukan perkara yang halal,
tetapi tidak langsung mengemukakan untuk
melakukan perkara yang haram?
Jawapan saya bagi segala persoalan tersebut, mudah
sahaja… “Kamu wajib berkhitbah!”.

Apakah “khitbah”? Jika diterjemahkan secara
literalnya, ia membawa maksud “bertunang”.
Bertunang menurut adat dan pengamalan orang
Melayu adalah perjanjian di antara dua orang insan
untuk berkahwin melalui proses ritual
tertentu. Definisi itu jugalah yang terdapat dalam
pengamalan fiqh klasik dan juga di zaman
Rasulullah s.a.w. Definisi ini jugalah yang diamalkan
oleh orang-orang Melayu di Malaysia. Malangnya,
disebabkan kejahilan masyarakat, hubungan
pertunangan yang sekadar perjanjian semata-mata
ini, akhirnya dianggap sebagai upacara untuk
menghalalkan perhubungan di antara dua pihak
yang bertunang. Lebih dahsyat lagi, ada di antara
ibu bapa yang menyangkakan bahawa bertunang
bermaksud “separuh berkahwin”. Ada pasangan
yang bertunang, berpelesiran, berpegangan tangan
dan juga bermadu asmara akan cuba
menjustifikasikan tindakan tersebut dengan ikatan
pertunangan serta mendapat restu ibu bapa
kedua-dua belah pihak.

Khitbah menurut pengamalan orang Arab moden,
terutamanya di Jordan pula amat berbeza dengan
pengamalan orang bertunang secara klasikal dan
juga pengamalan orang Melayu. Ia merupakan
“akad nikah” dalam erti kata yang sebenar. Akad
khitbah di dalam masyarakat arab pada realitinya
merupakan akad nikah. Seperkara yang
membezakan di antara akad nikah dan khitbah
ialah kedua-dua pasangan khitbah tidak tinggal
bersama sehinggalah selesai majlis perkahwinan
dijalankan. Pada dasarnya, mereka berdua adalah
suami isteri dan halal untuk melakukan apa
sahaja yang difikirkan untuk mereka melakukannya.
Di dalam masyarakat kita, pernikahan tersebut
diberikan nama “nikah gantung”. Bukankah
bunyinya amat mengerikan?

Jika ditukarkan nama “nikah gantung” tersebut
kepada “nikah khitbah” tentu konotasi terhadap
kontrak tersebut tidaklah mengerikan. Bunyinya
pun agak “islamik”. Jika ia dapat diamalkan oleh
kebanyakan para siswa dan siswi kampus yang
dilanda asmara dan cinta serius berkemungkinan
ia boleh menyelesaikan banyak perkara yang
mereka hadapi.

Khitbah di IPT

Jika pelbagai alasan yang dikemukakan demi
mengatakan bahawa bernikah di alam kampus
itu mustahil, maka khitbah adalah solusinya.
Kedua-dua pasangan tidak perlu duduk sekali,
tidak perlu mencari rumah berasingan, tidak perlu
menanggung satu sama lain, tidak perlu makan
lebih,tidak perlu membeli peralatan rumah dan
perabot-perabot. Nikah adalah untuk
menghalalkan perhubungan dan juga membina
kematangan. Yang utamanya, kedua-dua pasangan
sudah halal dan sudah boleh bersama dan
melakukan apa sahaja.

Bunyinya agak mudah, namun realitinya tidak
demikian. Sudah pasti ada ibu bapa akan tidak
bersetuju. Dalam hal ini, anjakan paradigma
oleh para ibu bapa amat diperlukan.
Ibu bapa perlu sedar zaman anak-anak mereka
kini bukanlah seperti zaman mereka dahulu.
Zaman kini fitnahnya berleluasa dan kebejatan
moral menggila. Lihatlah apa yang berlaku di IPT-IPT
seluruh tanah air, rasanya pendedahan oleh sebuah
akhbar harian baru-baru ini mengenai aktiviti
pengangguran di IPT-IPT Lembah Klang sudah
cukup merisaukan banyak pihak. Apakah ibu bapa
mengharapkan anak-anak mereka menjadi
malaikat yang tidak terpengaruh dengan suasana
persekitaran, rancangan-rancangan hiburan dan
bahan-bahan literasi menjurus kearah maksiat
dan nafsu.

Sudah sampai waktunya para ibu bapa moden
membuat anjakan paradigma. Mereka hendaklah
menerima realiti jahiliah moden yang menggila ini.
Mereka menghadapi dua jalan penyelesaian, sama
ada menerima arus liberal dan sekular yang
menghalalkan segala perhubungan bebas di antara
dua jantina, dan kemudian mereka yang akan
menanggung malu. Atau pilihan kedua, iaitu untuk
membenarkan anak-anak mereka menikmati alam
percintaan dengan cara yang halal, iaitu melalui
ikatan perkahwinan. Walau bagaimanapun,
membenarkan anak-anak mereka bernikah di
dalam ini adalah satu risiko. Maka di sinilah
peranan ibu bapa moden untuk membantu
anak-anak mereka mengurangkan risiko tersebut
demi menyelamatkan agama dan maruah mereka.

Kebanyakan ibu bapa menyuarakan kerisauan mereka
terhadap kemungkinan anak mereka akan hamil dan
ia sudah pasti mengganggu pembelajaran.
Penyelesaian untuk perkara tersebut amat mudah.
Pasangan itu sendiri perlu mengambil langkah
berjaga-jaga dengan pelbagai cara untuk
mengelakkan kehamilan sewaktu belajar.
Adalah amat naïf bagi mereka yang hidup
alaf baru ini tidak mengetahui cara untuk mencegah
kehamilan. Jika kaedah pencegahan tersebut gagal,
dan dengan izin Allah, pasangan tersebut terpaksa
menghadapi fasa kehamilan, maka sokongan
ibu bapa amat diperlukan.

Risiko

Seperkara yang perlu diingat, perkahwinan di kampus
ini juga tidak sunyi dari risiko. Adalah terlalu silap
untuk menyangkakan semuanya indah belaka tanpa
sebarang cabaran. Pernikahan di kampus hanyalah
salah satu penyelesaian untuk masalah perhubungan
bebas di antara jantina dan juga salah satu kaedah
rawatan untuk gejala maksiat di IPT.
Sekurang-kurangnya, walaupun ia berisiko, namun
ia masih dapat mengelakkan risiko yang lebih besar.
Walau bagaimanapun, bagi mereka yang tidak terlibat
dengan gejala berpacaran, serta boleh mengawal diri
dan nafsu, adalah digalakkan untuk mereka hanya
menumpukan perhatian kepada pembelajaran.
Cadangan nikah kampus atau nikah khitbah ini
hanyalah untuk mereka yang tidak mempunyai
ketahanan jiwa dan keyakinan diri yang mantap
untuk menghadapai cabaran semasa yang begitu
menggila. Akhirnya kepada para siswa dan siswi
kampus dan juga para aktivis di universiti, walau
apapun tindakan yang diambil, pastikan mardhatillah
menjadi matlmat utama!