Surah Muhammad ayat 7 :
"Wahai orang- orang yg beriman,
jika kamu menolong Allah, nescaya Dia akan
menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu."

Monday, March 28, 2011

REGRETS

Once, a group of people were travelling on rocks
at night. A voice came from the sky that whosoever
picks up the rocks will regret and whosoever
doesn't pick up the rocks will regret. Now, the
people were confused. How can this be? Whether
you pick up the rocks or not, you will regret!

Anyway, some people picked up the rocks and
some didn't. In the morning when they reached
their homes, they saw that the rocks turned into
diamonds.. Now, those people who didn't pick up
the rocks started regretting saying "If only we had
picked up some rocks."

Those people who did pick some rocks also started
regretting saying "Why didn't we pick up more
rocks?" Both sides ended up regretting.

Dear Muslims, this same incident will take place
with us on the Day of Judgement.
Those people who spent their time in useless things
will start regretting by looking at those who
achieved a great position in Paradise by spending
their time in the way of Allah.

Now, those who did achieve a position in Paradise
will start regretting by looking at those who did
more than them and are higher in status.
"Alas! If we had only done more to please Allah."
The Prophet of Allah (sallallaahu 'alaihi wasallam)
said; "Whoever guides or directs to good, then he
gets the same amount of blessing (reward) as the
one who does it"

Sunday, March 27, 2011

TIMBANGLAH DIRIMU SEBELUM KAMU DI TIMBANG

Marilah kita sejenak menundukkan pandangan kita
ke bawah iaitu ke tanah di mana kita berasal dan
ke sana pula akhir hidup kita.

Mari kita luangkan waktu sedikit sahaja untuk :

a. Merenungi diri.
b. Bertafakur.
c. Muhasabah.
d. Membuat penilaian terhadap diri kita.

sebelum Allah Yang Maha cermat perhitunganNya
menghisab kita di Yaumul Akhir.

Rasulullah saw bersabda :

"Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab,
timbanglah diri kamu sebelum kamu ditimbang,
kerana sungguh mudah hisab di hari kiamat
bagi orang yang melakukan hisab di dunia.
Maka berhias dirilah dengan amal soleh untuk
sebuah peristiwa besar pada hari kiamat."

Kita tidak tahu bila Allah menghisab setiap
lembaran kehidupan kita. Bahkan kita tidak
tahu bila degupan jantung kita akan berhenti
samada setahun lagi, sebulan lagi, sejam lagi,
atau mungkin setelah kita membaca catatan
ini. Tidak ada yang tahu, bahkan boleh jadi
kita sudah tidak dapat berdiri lagi dari tempat
duduk kita sendiri selepas ini.

Kebaikan apakah yang kita lakukan dan akan
kita bawa sebagai bekalan perjalanan keabadian
menuju negeri akhirat yang panjang dan berliku.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memper
hatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS Al Hasyr : 18)

"Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
esok. Dan tidak seorangpun yang dapat menge
tahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguh
nya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal." (QS Luqman : 34)

Sangat banyak nikmat dan kurniaan yang Allah
berikan kepada kita yang ternyata tidak ber
kadar lurus dengan kesyukuran dan ketaatan
kita kepadaNya.

Entah mengapa kurniaan dan nikmat yang
banyak itu, justeru jatuh kepada kita yang
kini sedang bermunajat dan bertafakur ini.

Padahal jika kita berani bersikap jujur, apa
lah kelebihan kita?

Apakah keunggulan kita dibandingkan
dengan orang lain?

Cubalah tengok diri kita ini!!!

Kita hanyalah selonggok daging berbalutkan
tulang yang terus membungkus aib dan
maksiat dari hari ke hari yang kita jalani.

Seandainya dosa dan maksiat yang kita lakukan,
menimbulkan bau busuk, maka sungguh tiada
seorangpun yang ingin duduk dan bergaul
dengan kita kerana sungguh bumi tempat
berpijak kita ini akan dipenuhi dengan ber
bagai macam bau busuk maksiat.

Tahukah kita bahwa pada hari kiamat nanti,
mulut kita akan terkunci membisu. Satu huruf
pembelaan pun tidak kuasa kita lontarkan
kerana mulut kita ditutup rapat oleh Allah swt.

Segala anggota tubuh kita akan diminta per
tanggungjawaban secara langsung oleh Allah swt :

1. Tangan kita akan membuka tutupan maksiat
yang pernah kita lakukan semasa di dunia.

2. Kaki kita akan menjadi saksi terhadap setiap
langkah-langkah yang pernah kita ayunkan
menuju tempat maksiat.

3. Mata dan telinga juga akan menjerat kita
dengan persaksian yang sangat cermat tentang
segala maksiat yang pernah kita lihat dan dengar.

4. Bahkan fikiran-fikiran kotor yang sering menari-
nari dalam benak kita dan khayalan yang
merasuki hati kita pun diketahui dan diawasi
dengan cermat oleh Allah swt.

"Pada hari kiamat itu Kami tutup mulut mereka
dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan". (QS Yaasin : 65)

"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka,
pendengaran, penglihatan dan kulit mereka
menjadi saksi terhadap mereka tentang apa
yang telah mereka kerjakan. Dan mereka akan
berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu
menjadi saksi terhadap kami?" Maka kulit mereka
menjawab: "Allah yang menjadikan segala
sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami
pandai (pula) berkata, dan Dialah yang mencipta
kan kamu pada kali yang pertama dan hanya
kepada-Nyalah kamu kembali." (QS Fushshilat: 20-21)

Tidak hairan apabila bencana demi bencana
yang menimpa kita. Kesulitan atau masaalah
yang menimpa kita tidak lain adalah kerana
hasil usaha tangan kita sendiri.

Jangan jadikan diri kita sebagai bahan bakar
api neraka disebabkan kita tidak syukur nikmat
Allah swt. Percikan api dunia sahajapun kita
tidak sanggup menghadapinya, apa lagi meng
hadapi api jahanam yang 70 kali lebih panas
dari api di dunia.

Gunakanlah segala nikmat Allah berupa anggota
tubuh badan yang lengkap sesuai dengan fungsi
nya yang diperintahkan olehnya.

Ingatlah firman Allah swt :

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak di pergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak di pergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak di
pergunakan untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai". (QS Al A'raf : 179)

Dalam masalah ibadah pun, kita sukar merasa
kan kenikmatannya.

a. Membaca Al-Qur'an semakin terasa hambar.
b. Malah dalam sesetengah situasi terasa bosan
membacanya.
c. Kenikmatan mentadabbur isi kandungannya
juga telah lama hilang.

Penyebab utamanya boleh jadi kerana hati kita
yang penuh dengan debu-debu kemaksiatan
serta dicemari dengan segala macam perlakuan
yang hina.

Utsman bin Affan ra berkata :

"Seandainya hati kamu bersih dan suci, maka
tentulah hati itu tidak akan pernah merasa
bosan oleh Kalam Tuhan."

Janganlah membayangkan yang jauh :

1. Sekadar memahami bacaan solat sahaja pun
kadang-kadang kita tidak mampu.
2. Solat kerap kali tidak khusyuk.
3. Ketika sujud tersungkur pun kita jarang
teringat akan Allah.

Kita sebenarnya belum secara maksima melaksana
kan solat-solat wajib secara sempurna seperti
yang diperintahkan.

Kita masih sering lalai dan tidak mengerjakannya
tepat pada waktunya secara berjamaah di masjid
terutama solat subuh dengan berbagai macam alasan :

a. Mengantuk.
b. Tertidur.
c. Malas.
d. Masjid jauh.

Apatah lagi dengan solat-solat sunnah, solat malam,
solat rawatib, sholat dhuha atau sekadar witir
sebelum tidur.

Tidak hairan, apabila kita tidak sanggup merasa
kan nikmatnya kekhusyu'an solat dan pengaruh
nya dalam relung-relung hati dan sendi-sendi
kehidupan kita, maka kita juga sukar untuk
merasakan kebahagiaan dan ketenangan se
bagai buah dari ibadah dan ketaatan itu atau
pun juga menghadapi kesuiltan untuk sekadar
mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Tidakkah kita mahu merenungi untaian sabda
Rasulullah saw yang menggambarkan siksaan
dan penderitaan yang dialami oleh orang-orang
yang tidak melaksanakan solat secara berjamaah
kerana alasan tidur misalnya?

"Lalu kami mendatangi seorang laki-laki yang
tidur terlentang dan laki-laki lain berdiri di
dekatnya dengan sebuah batu besar yang ia
bawa. Lalu batu itu dijatuhkan ke kepala
(orang yang terlentang itu), sehingga kepala
nya pecah dan batu itu menggolek ke sana ke
mari, lalu orang yang berdiri itu mengikuti dan
mengambil batu itu. Dan ketika ia kembali,
ternyata kepala orang yang terlentang itu
telah pulih kembali seperti sedia kala. Lalu
batu itu dijatuhkan ke kepala orang yang
terlentang itu seperti di awal tadi....

Dan ketika Rasulullah menanyakan perkara
itu kepada kedua malaikat itu, dengan berkata:
Subhanallah siapa mereka ini?

Kedua malaikat itu menjawab :

"Adapun laki-laki yang terlentang yang kita
datangi dengan kepala yang hancur kerana
batu besar itu, adalah orang yang mengambil
Al-Qur'an tetapi ia menolaknya dan tidak
melaksanakan solat wajib kerana tidur".
(HR Bukhari)

Bukankah solat ini yang pertama kali dihisab
pada hari kiamat, jika solat kita ini diterima
maka seluruh amalan kita yang lain akan
mudah perhitungannnya.

Rasulullah saw bersabda :

"Yang paling pertama dihisab pada diri seorang
hamba pada hari kiamat adalah solat, bila solat
nya baik maka seluruh amalan yang lain juga
akan baik. Dan bila solat ini tidak baik, maka
seluruh amalan yang lain pun akan menjadi rusak."

Jangan kita biarkan muhasabah ini kehilangan
gemanya dan hanya menjadi deretan kata-kata
tanpa makna.

Marilah kita bulatkan azam untuk :

1. Meninggalkan segala maksiat.

2. Singsingkan lengan baju untuk lebih
meningkatkan kualiti dan kuantiti ibadah kita.

Semua ini kita lakukan agar muhasabah ini
benar-benar memberi manfaat kepada kita
serta menjadi cerita nostalgia nanti ketika
kita semua dikumpulkan oleh Allah di syurga
firdausNya nanti, InsyaAllah.

Akhir kata, marilah kita bersama menadahkan
tangan, menundukkan kepala, melantunkan
doa pengharapan kepada yang pintu kasihNya
tidak pernah ditutup iaitu kepada "Ar-Rahman
dan Ar-Rahim, Rabbul izzati wal jabarut".

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mendengar, tiada
Ilah yang berhak disembah selain Engkau.

Ya Allah, inilah kami, hamba-hambaMu yang
hina, kami menadahkan tangan menghiba
kepadaMu. Sehina apapun kami, kami adalah
makhluk ciptaanMu. Kami memohon dengan
penuh kerendahan hati, ampunilah dosa-dosa kami.

Ya Allah, ampunilah sebusuk manapun diri-diri
kami, ampunilah segenap apapun masa lalu kami
dan ampunilah sehina apapun aib-aib kami.

Wahai Allah Yang Maha Mendengar, ampunilah
ibu bapa kami, ampunilah segala kezaliman
kami kepada ibu bapa kami. Andaikata ke
durhakaan kami menjadi penggelap kehidupan
mereka, maka jadikanlah kami ketika ini men
jadi anak yang soleh yang dapat menjadi cahaya
bagi kehidupan ibu bapa kami, di dunia dan
di akhirat. Kurniakanlah bagi keluarga-keluarga
kami rumah tangga yang sakinah. Jangan jadikan
rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang
penuh bencana.

Ya Allah, berilah kepada kami kepercayaan dan
kesempatan memiliki keluarga dan anak
keturunan yang lebih baik dari diri kami.
Jangan biarkan mereka mencoreng aib di
wajah kami, ampunilah jika kami salah
mendidik mereka ya Rabb.

Ya Allah, jangan biarkan isteri dan anak-anak
kami menghujah kami kelak di akhirat. Ya
Rabb, utuhkan kemuliaan mereka di dunia,
utuhkan pula kemuliaan mereka di syurga.

Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepada
Mu yang sentiasa menghalangi kami dari
kemaksiatan. Berilah pula kepada kami
ketaatan yang kelak akan menghantarkan
kami ke syurgaMu dan keyakinan yang
meringankan beban musibah dunia yang
menimpa kami.

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi
pangkal seluruh urusan kami, perbaikilah
dunia kami yang menjadi penghidupan kami
dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi
tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai wasilah menambah kebaikan bagi
kami dan jadikanlah kematian sebagai tempat
istirehat bagi kami dari kejahatan.

Ya Allah, sesungguhnya buah kebatilan itu
telah matang dan kini tiba saatnya untuk
memenggalnya, maka turunkanlah dari
langit kebenaran sebuah tangan yang kuat
yang akan memenggalnya dan singkapkanlah
tabir kegelapan yang menutupi mata hati
manusia dari melihat cahaya kebenaranMu.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa melakukan
itu, Ya Allah."

Ameen Ya Rabbal Alameen

Thursday, March 24, 2011

WAKTU adalah ladang amal. Allah swt menyedia
kannya agar kita menggunakannya sebagai
modal penting untuk mencapai ridhaNya.

Keutamaan seseorang di sisi Allah, selain ditentu
kan oleh keimanan dan amal solehnya, adalah
juga ditentukan oleh faktor keterdahuluannya
dalam keimanan dan amal solehnya.

Tidaklah sama antara :

1. Orang-orang yang terdahulu masuk Islam (As-
Sabiqun Al Awwalun) dan orang-orang yang
masuk kemudiannya.

2. Jamaah yang berada di shaf depan dalam solat
dengan yang berada di barisan paling belakang.

3. Darjat orang yang hadir di solat Jumaat paling
awal dengan yang paling akhir.

Menyegerakan amal, itulah ajaran Islam kepada
umatnya.

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah saw
menasihati para sahabatnya untuk sentiasa
menyegerakan amal soleh, walaupun mereka
itu manusia-manusia yang teruji keimanannya.

Sabda Nabi saw di kala itu :

"Bersegeralah melakukan amal-amal soleh
(kebajikan). (Sebab) sebuah fitnah akan
datang bagai sepotong malam yang gelap.
Seseorang yang paginya mukmin, petangnya
menjadi kafir. Dan seseorang yang petangnya
mukmin, paginya menjadi kafir. Ia menjual
agamanya dengan harga dunia." (HR Muslim)

Demikianlah pesanan Nabi saw yang mulia itu
juga disampaikan kepada kita.

Adakah di antara kita yang selama sehari se
malam penuh menjadi seorang mukmin sejati?

Bolehkah dan mampukah kita selama 24 jam
tidak melakukan dosa dan bersikap kufur walau
sekecil apapun kepada Allah Taala?

Padahal ketika Allah swt memberikan waktu 24
jam sehari, transaksinya adalah untuk dipersembah
kan kepada Allah swt semuanya.

Pada setiap solat, kita sentiasa mengumandang
kannya kepada Allah :

"Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam."
(QS Al-An'am : 162)

1. Bukankah ketika kita tidak bersimpati terhadap
nasib kaum yang lemah dan tertindas adalah
bentuk kekufuran terhadap nikmat?

2. Bukankah di saat kita tidur dan bangun tidur
tanpa mengingati Allah, tanda kita lupa kepadaNya?

3. Bukankah lupa adalah sebahagian dari kekufuran
kita kepada Al Khaliq (Pencipta)?

Sesungguhnya fitnah itu lebih cepat bergerak. Sekali
kita membiarkannya, maka seterusnya ia akan
bersemayam dan berkembang dalam tubuh kita.
Begitu cepat dan samarnya sehingga menjadikan
seseorang boleh :

a. Berpindah agama.
b. Menggadaikannya dengan sedikit kesenangan dunia.

Oleh kerana kewajarannya, sehingga Rasulullah saw
mengingatkan para sahabatnya itu, walaupun Nabi
tahu keimanan para sahabat itu tidak akan mampu
ditandingi oleh orang-orang yang datang sesudahnya.

Dengan apa kita menutup pintu fitnah?

Ya, dengan amal soleh.

Apa sahaja dalam kehidupan orang yang beriman
boleh menjadi amal kebaikan :

1. Kita membuang sampah pada tempatnya itu
amal baik.
2. Berniat tidak bohong itu amal mulia.
3. Mengucapkan salam kepada kawan itu
amal yang terpuji.
4. Mendoakan saudara seiman walaupun mereka
tidak tahu juga amal soleh.

Masih banyak lagi amal soleh, amal kebajikan
yang boleh kita lakukan sekalipun kita tidak
memiliki sesuatu sebagaimana yang tertera
dalam hadis Nabi berikut :

"Orang-orang kaya pergi mendapatkan pahala.
Mereka solat sebagaimana kita solat, mereka
puasa sebagaimana kita puasa. Namun mereka
bersedekah dengan kelebihan harta mereka."

Rasulullah bersabda, "Bukankah Allah telah
menjadikan bagi kamu apa yang boleh kamu
sedekahkan?

Sesungguhnya satu tasbih adalah sedekah,
setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid
adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah,
amar ma'ruf adalah sedekah, nahi munkar
adalah sedekah, dan pada hubungan (dengan
isteri) kamu adalah sedekah."

Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah sese
orang mendatangi isterinya kerana syahwatnya,
apakah ia mendapatkan pahala?"

Beliau bersabda, "Apa menurut kamu kalau dia
meletakkannya pada yang haram. Bukankah
baginya dosa? Demikian pula jika diletakkan
pada yang halal, padanya ada pahala."
(HR Bukhari dan Muslim)

Allah swt dengan keadilanNya memberikan
peluang amal kepada setiap hambaNya samada
orang miskin ataupun kaya, masing-masing
memiliki kesempatan yang sama untuk melaku
kan kebajikan dan mendapatkan ridha Allah.

Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari
kuantitinya, tapi dilihat dari segi :

a. Motivasinya.
b. Niatnya.

Kualiti amal seseorang tergantung kepada
motivasi dan niatnya.

Boleh jadi infak seorang buruh kasar sebesar
RM5.00 itu sama nilainya dengan infak seorang
pengarah sejumlah RM5 juta.

Seorang murid barangkali lebih mulia dari
seorang gurunya kerana si murid lebih ber
sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
sementara si guru merasa cukup dengan ilmunya.

Menyegerakan amal kebajikan tentu akan memberi
nilai tambah bagi pelakunya sendiri. Menyegerakan
berbuat baik bererti mempercepatkan dirinya
mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah.

Kenapa?

Ini adalah kerana kita telah berusaha untuk
menutup pintu kemungkaran dan kebatilan
dan demikian pula Allah akan membukakan
pintu kebahagiaan iaitu syurga. Itu semua
hanya mampu dilakukan oleh orang-orang
yang bertaqwa.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imran : 133)

Mengapa kita mesti menyegerakan amal?

PERTAMA :

Aset waktu yang kita miliki hanyalah ketika ini.
Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak
tahu. Kelmarin bukan lagi milik kita, ia telah
berlalu dan tidak akan kembali lagi.

Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan
kelmarin tidak boleh kita ulang lagi. Ia menjadi
kenangan ketika ini.

Jika ianya adalah kebaikan, bersyukurlah kita
dan jika keburukan menyesallah bersama orang-
orang yang menyesal.

Namun kita masih beruntung jika kita bersyukur
hari ini, bukan ketika di mana penyesalan tidak
ada ertinya lagi.

Esok hari juga belum menjadi milik kita, ia ada
di alam ghaib di mana hanya Allah swt yang tahu.
Kita tidak tahu apakah esok hari masih boleh
menghirup udara pagi?

KEDUA :

Amal kita tidak mungkin dikerjakan oleh
orang lain. Masing-masing manusia akan
datang kepada Allah dengan amal perbuatan
yang dikerjakannya sendiri di dunia.

Kesolehan ibubapa tidak boleh diwarisi oleh
anaknya. Seorang suami tidak akan selamat
dari murka Allah kerana amal perbuatan isterinya.

Kita boleh berbangga terhadap pemimpin, ibubapa,
anak, guru, suami atau isteri kita kerana
kesolehan mereka. Kebanggaan kita tidak boleh
berbicara banyak di hadapan pengadilan Allah swt.

KETIGA :

Kemuliaan darjat seseorang di sisi Allah swt
disebabkan oleh kesungguhannya dalam
menyahut seruan kebajikan dan mengamalkannya.

Ibubapa akan senang jika menyuruh anaknya
mengerjakan sesuatu lalu dikerjakan segera
dan sebaliknya ia akan marah jika si anak
menunda-nunda mengerjakannya.

Demikian pula Allah swt. Seruan kebajikan di
kumandangkan untuk segera diamalkan dan
bukan ditangguh-tangguh.

KEEMPAT :

Setiap waktu ada urusannya sendiri. Setiap
waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali
amal perbuatan yang sangat terkait dengan
waktu di mana ketika waktunya telah berakhir,
maka berakhir pula kesempatan untuk mengerja
kannya seperti solat, puasa, haji, berkurban dan sebagainya.

KELIMA :

Kesempatan beramal juga diberikan kepada
seseorang pada waktu-waktu tertentu.

a. Orang kaya diberi kesempatan beramal dengan
kekayaannya.
b. Orang berilmu diberi kesempatan beramal
dengan ilmunya.
c. Seorang pemimpin diberi kesempatan beramal
dengan kekuasaannya.

Jangan sampai sehingga Allah swt mencabut
kesempatan itu dan tidak boleh lagi berbuat sesuatu.

Kesihatan, waktu luang, hidup, masa muda dan
kekayaan adalah kesempatan untuk beramal.

Sesungguhnya tidak ada waktu lagi untuk berfikir.
Ketika inilah waktu kita. Semailah kebaikan setiap waktu.

Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya
dan kejarlah kebajikan sampai ke liang lahad.

Ya Allah, jadilah kami orang-orang yang menghargai
waktu dan mengisi setiap detiknya dengan amal-
amal yang soleh walaupun hanya bertemu dengan
saudara kami dengan sebuah senyuman dan wajah
ceria kerana sesungguhnya ruang bersedekah itu
cukup luas dan tidak memerlukan kewangan yang
besar. Terimalah amal-amal kami yang berkualiti
iaitu dengan motivasi dan niat semata-mata kerana
Mu walaupun dalam kuantiti yang sedikit.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Friday, March 11, 2011

KEWAJIPAN KITA BERAMAL….NATIJAH DARI ALLAH…


Alhamdulillah, selawat dan salam ke atas
Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat
baginda, serta siapa yang mengikuti jejak
langkah baginda sehingga hari Akhirat.

Tidak syak lagi bahawa da’wah kepada Allah
dalam setiap aspeknya berdiri atas beberapa
perkara asasi yang diceduk dari kitab Allah
dan sunnah RasulNya (s.a.w). Allah mentaklifkan
kita dengan da’wah kepadaNya. Allah mentaklif
kan tanggungjawab penting ini lalu Dia menegas
kan bahawa Dia tidak akan membebankan sese
orang itu melainkan apa yang mampu ditanggung
nya. Jika begitu, da’wah kepada Allah adalah
wajib dalam setiap jenis dan wasailnya yang
pelbagai. Firman Allah bermaksud:

“Serulah ke jalan tuhan kamu dengan penuh
hikmah, nasihat yang baik dan berdailoglah
kamu dengan cara yang terbaik”. (An-Nahl: 125).

Kewajiban da’wah ini wajib dilaksanakan mengikut
keupayaan setiap individu samada lelaki ataupun
perempuan, di mana setiap individu wajib melaku
kan dan tidak dikecualikan walaupun sesorang itu
mempunyai keuzuran. Firman Allah yang maksud
nya:

“Tiada menjadi kesalahan kepada orang-orang
yang lemah, orang yang sakit dan orang yang
tiada apa yang boleh mereka sedekahkan (untuk
tidak pergi berjihad di jalan Allah) sekiranya mereka
melakukan nasihat kepada Allah dan RasulNya, dan
orang Islam tiada mempunyai alasan dari jalan
Allah ini, dan Allah Maha Mengampuni dan Penyayang."

Ini kerana taklif ini merupakan kesinambungan dari
tanggungjawab kita memikul amanah Islam itu
sendiri, sejak kita menyerah diri kepada Allah tuhan
sekalian alam. Firman Allah yang bermaksud:

Katakan (Wahai muhamad) inilah jalanku yang aku
dan siapa yang mengikutku seru kepada Allah di
atas cahaya yang terang , Maha suci Allah dan
tidaklah aku tergolong dari kalangan orang yang
syirik(Yusuf:108).

Malah golongan jin telah memahami hakikat taklif
ini apabila mereka dibacakan al-Quran oleh
Rasulullah s.a.w.. Mereka terus melaksanakan
taklif ini serta merta selepas itu. Firman Allah
yang bermaksud:

Apabila mereka hadir (ke tempat Rasulullah
membaca al-Quran ini) mereka berkata (sesama
mereka) : Diamlah. Apabila baginda selesai,
mereka pulang memberi amaran kepada kaum
mereka (berdakwah). (Al-Ahqaaf:29)

Kekasih Agung ini telah melaksanakan taklif
Ilahi dalam setiap keadaan dan suasana,
mengambil peluang dari setiap peluang yang
ada, hatta ketika baginda dan kaum muslimin
berada di Mekah dalam keadaan dizalimi dan
tertekan. Baginda bersabda yang bermaksud:

Siapakah diantara kamu yang sanggup
melindungi aku sehinggakan aku dapat
menyampaikan dakwah tuhanku?
Selepas itu baginda masuk ke Mekah di bawah
perlindungan Mut’eim bin Adi, seorang musyrik.

Baginda mengambil peluang dari salah satu
adat masyarakat jahiliah yang positif, yang
menyatakan bahawa perlindungan seperti ini
perlu dihormati. Malah baginda juga pernah
bersekutu dengan pembesar-pembesar masyarakat
walaupun ada perbezaan, demi matlamat yang
baginda, iaitu untuk menghindar kezaliman dari
setiap orang yang dizalimi. Dengan itu baginda
masuk dalam satu Hilf (mamorandum) di mana
setiap pihak akan komitmen dengan nilai-nilai
mulia ini dalam Hilful Fudhul di rumah Uthman bin Jad’aan.

Baginda juga mengambil faedah dari perhimpunan
seluruh qabilah arab di sekitar Baitullah yang mulia.
Begitu juga perhimpunan di pasar-pasar samada
pasar barangan ataupun pasar sastera dan syair.
Perkara ini telah dilakukan oleh nabi-nabi ter
dahulu seperti Nabi Nuh yang disebut contohnya
dalam al-Quran. Baginda menggunakan setiap
wasilah dakwah dalam setiap suasana walaupun
berhadapan dengan segala tekanan yang ada.
Firman Allah:

Wahai tuhan, aku telah menyeru kaumku siang
dan malam (5) kemudian aku menyeru meraka
secara terang-terangan (8), kemudian aku men
jelaskan dakwahku lalu selepas itu aku ber
da'wah secara rahsia pula (9: Nuh)

Generasi muslimin terdahulu telah melaksana
kan amanah risalah ini dan menyampaikannya
kepada generasi demi generasi, sebagaimana
yang diberitahu oleh Rasulullah:

Ilmu ini akan dipikul oleh setiap generasi khalaf
kepada kelompok yang selepasnya, dengannya
dapat menafikan penyelewengan orang yang
melampau, kesesatan orang kafir dan pen
takwilan orang yang jahil.

Baginda juga memberikan berita gembira bahawa
contoh ikutan ini akan sentiasa memikul amanah
dan risalah ini sehingga hari qiamat, walau apa
pun kesusahan , tekanan dan juga halangan dari
syaitan, jin dan manusia. Sabda baginda yang bermaksud:

Sentiasalah ada kelompok dari umatku ini orang
yang menzahirkan kebenaran , tidak merasa
mudarat dengan orang yang menentang mereka
dan mengecewakan mereka sehinggalah datang
keputusan Allah dalam keadaan mereka sedemikian.

Terdapat dua kalimah yang disebut oleh hadis
Rasulullah yang mulia ini. Kedua-duanya bukan
nya sinonim bahkan setiap satu daripadanya
memberikan maksud berbeza yang kita perlu
kan dalam jalan dakwah ini, dapat menyimpul
kan masalah yang amat penting dihadapi oleh
amal jamaie ini.

Kalimah pertama (khalafahum = bermaksud :
orang yang menentang mereka) iaitu orang
yang sedari awal tidak bersama mereka, melaku
kan penentangan terhadap jalan untuk menyampai
kan dakwah tuhan mereka. Manakala perkataan
kedua, (man khazalahum bermaksud orang yang
mengecewakan mereka). Kalimah memberi
maksud bahawa ada orang yang bersama mereka
beberapa ketika di jalan da’wah kepada Allah,
kemudian menyeleweng dari meneruskan
perjalanan ini samada kerana suasana tertindas
yang amat kronik ataupun kerana fitnah kemewahan.

Namun perkara yang mesti kita fahami ialah:
Allah ‘Azzawajalla tidak mentaklifkan kita untuk
mendapatkan natijah kerana dalam banyak
ketika, amal kita tidak mendapat natijah yang
diingini walaupun selepas memberikan seluruh
daya dan usaha. Justeru jiwa manusia akan merasa
putus asa. Namun contoh sepatutnya telah di
tunjukkan oleh Rasul Qudwah, ketika berhadapan
dengan tekanan bahkan penindasan yang paling
perit ketika di Taif. Walaupun baginda pergi ke
Taif hanya untuk menyeru mereka kepada Allah
dan redhaNya tanpa upah/ganjaran.

Baginda hanya menginginkan hidayah kepada
mereka seperti dalam doanya:

Ya Allah , berikan hidayah kepada kaumku kerana
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.

Juga sepertimana firman Allah yang bermaksud:

Wahai kaumku, kenapa kertika aku menyeru kamu
kepada kejayaan, kamu pula menyeru aku kepada
neraka? (Ghafir 41)

Juga firmanNya:

Aku tidak meminta ganjaran (dengan da’wahku ini)
kerana ganjaranku hanyalah dari Allah (Yunus 72).

Allah berfirman kepada baginda:

Kami telah ketahui bahawa kata-kata mereka telah
menyakiti kamu, tetapi mereka sebenarnya tidak
mendustaimu sahaja bahkan mereka yang zalim
ini ingkar dengan ayat-ayat Allah. ( Al-Anaam 33).

Firmannya Juga:

Sesungguhnya kewajiban kamu hanyalah menyampai
kan (As-Syuraa:48)

Kita bersaksi bahawa baginda s.a.w telah menyampai
kan risalah dan menunaikan amanah sebaik mungkin
sepertimana yang ditaklifkan oleh Allah, moga-moga
Allah memberikan ganjaran dengan sebab kita dengan
ganjaran terbaik yang diberikan kepada seorang nabi
kerana umatnya (yang mendapat hidayah). Rasulullah
telah menceritakan kepada kita bahawa ada nabi a.s.
yang dibangkitkan pada hari qiamat dalam keadaan
tiada seorang pun yang menyahut seruannya. Lihatlah
nabi Nuh, nabi Allah yang paling panjang umurnya
dan seorang nabi Ulul Azmi. Baginda berda'wah
dalam kaumnya selama 950 tahun dengan hanya
segelintir sahaja yang menyahut seruannya.

Allah juga telah membezakan antara mengambil
inisiatif dan sebab dengan mendapat natijah dalam
firmanNya yang bermaksud:

Maka berjalanlah dipenjuru-penjuru (bumi untuk
berusaha) dan makanlah dari rezeki-rezekinya (al-Mulk:15).

Rasulullah dan para sahabatnya telah menggali
parit ketika baginda tidak menguasai situasi
pertembungan yang berlaku sekitarnya. Namun
datang kemenangan Allah dengan bantuan angin
dan itu bukan dalam jangkaan mereka. Rasulullah
juga telah membuat strategi yang terperinci dan
mengambil segala sebab musabab yang terdaya
dalam peristiwa hijrah namun akhirnya pihak
kafir sampai juga ke muka gua persembunyian
baginda. Selepas itu datang kemenangan kepada
nya dan sahabatnya itu diluar lakaran strategi
baginda dengan pengaburan pandangan mata
orang-orang kafir ketika itu.

Saudara mujahidin kita di Palestin dan seumpama
nya di setiap tempat, menanggung kesusahan yang
amat perit, namun pertolongan dan kemenangan
dari Allah datang dalam apa yang mereka tidak
jangkakan. Kemenangan ini datang selepas mereka
mengambil seluruh sebab musabab yang patut.
Banyak contoh-contoh dalam perkara ini, namun
kesimpulannya kita mohon dari Allah agar
memanfaatkan kita dengannya di dalam agama
dan dunia kita dalam perkara berikut:

1. Ikhlas niat kepada Allah kerana dengannya
kita diberikan ganjaran, kita mendapat kejayaan
dan kemenangan.

2. Jika kita mencapai apa yang kita inginkan, kita
akan memuji Allah kerana kurniaan dan taufiqNya

3. Jika tidak, sesungguhnya pahala kita telah ada di
sisi Allah, kita memohon kepadaNya agar mentaqdir
kan kebaikan kepada dan meredhai kita.

4. Penerusan dalam menunaikan kewajiban dalam
setiap keadaan selepas yakin dengan kelancaran
sebab yang kita ambil, dan usaha sedaya mungkin .
Ini menegaskan bahawa amal adalah kerana Allah,
kerana apa yang dilakukan kerana Allah akan ber
panjangan dan berterusan.

5. Kita sentiasa mengingati pendirian ibu kita Hajar
yang mengambil inisiatif dan asbab, dengan berlari-
lari sebanyak tujuh pusingan untuk mencari air.
Dalam setiap pusingan, apa yang dihajatinya masih
tidak berlaku. Namun beliau terus berlari sehingga
kehendak Allah iaitu kebajikan yang melimpah ber
laku kepadanya.

6. Kita juga sentiasa mengingati wasiat Rasulullah
s.a.w. kepada kita dalam sabdanya:

Jika berlaku qiamat dan ditangan seorang dari
kamu ada semaian, maka tanamkanlah ia...

Lihatlah, ketika dunia berada di penghujung,
sementara semaian yang disemai hanya akan
mendatangkan hasil selepas beberapa tahun
yang panjang. Sememangnya tiada hasil yang
dapat dijangkakan dari perintah baginda itu,
kecuali meneruskan sikap positif, melaksanakan
kewajiban dan mendapatkan pahala.

Wahai muslimin di segenap tempat, wahai anak-
anak da’wah dari ikhwah dan akhawat! Allah telah
memberi rezeki kepada kami dan kamu dengan
keikhlasan dan amal yang berterusan serta
ketekunan, pengharapan serta penerimaan yang
berpanjangan. Berjalanlah dengan keberkatan dari
Allah. Allah akan memberikan taufiq kepada kamu
dan tidak akan mensia-siakan amal-amal kamu.
Allah akan beri ganjaran kepada kamu dengan izin
Nya dengan perkara yang lebih baik dari apa yang kamu ketahui.

Allahuakbar wa lillahil Hamd.

Thursday, March 10, 2011

MENDIDIK ANAK (ROSNAH AHMAD)

Duduk dikerusi sejenak selepas pulang dari
kerja. Kebetulan saya pulang lewat petang
hari ini. Izzuddin ( tahun dua sekarang, ya!
dah besar anak bongsu saya) menghampiri
saya sambil menghulurkan kertas peperiksaan
Bahasa Inggerisnya.

Saya menyelak-nyelak helaian kertas. Helaian
pertama dan kedua betul semua. Di helaian
ketiga terdapat satu karangan yang dia salah
suai padankan 4 daripada 5 soalan. Saya
berkata “banyaknya salah adik”.

“Sikit je salah mak, yang betul lagi banyak”
jawab Izzuddin.

Saya tersentak.

Jawapan Izzuddin itu membawa saya
mengimbau peristiwa awal tahun ini.
Seorang pelanggan saya mengadu mengenai
anak lelakinya yang baru masuk tahun satu
tetapi masih keliru 2 huruf iaitu “b” dan “d”
dan kurang lancar membaca. Dia menceritakan
bahawa dia menyatakan kesedihan kepada
anaknya, membandingkan dengan anak orang
lain yang sudah lancar membaca dan memarahi
sehingga anaknya menangis.

Saya empati dengan anak itu dan dapat
merasakan keadaan emosinya. Saya berkata
kepada ibu tadi kenapa tidak gembira dan
puji anak yang ingat 24 huruf lain. Anak
memerlukan sokongan positif dan bimbingan
berterusan. Tahun satu memang mencabar
bagi anak kecil.

Sekarang saya juga alpa.

“’Adik dapat 79 markah dan adik dah dapat
kalahkan Darwish dan Danish” sambung
Izzuddin merujuk kepada pasangan kembar
kawannya.

Sememangnya saya patut di tegur. Kadang
kadang sudah terbiasa memfokuskan kesalahan
anak walaupun jauh lebih sedikit. Terlupa
untuk melihat kepada perkara baik yang a
nak lakukan.

Alhamdullillah, Izzuddin mampu menyatakan
kehendak dengan bebas. Syukur. Saya
mengingatkan diri supaya sentiasa membantu
anak untuk mengatasi kekurangannya dengan
cara yang lebih hikmah.

Saya kemudian kembali memfokuskan kepada
perkembangan diri anak. Sejak lebih seminggu
lepas Izzuddin begitu teruja dengan keputusan
peperiksaannya tahun ini. Saban hari dia
bercerita berulang-ulang mengenai dia hanya
salah satu sahaja dalam kertas Bahasa Melayu.
Sehingga mengundang kemarahan abangnya
Muhammad kerana jemu mendengar cerita
yang sama.

Tahun ini memang ketara peningkatan pelajaran
Izzuddin. Tulisannya semakin cantik, dia
semakin berminat terhadap bahan bacaan dan
mengambil berat tentang kerja sekolahnya.

Biasalah, anak lelaki. Kedua-dua anak lelaki
saya mengambil masa untuk membaca pada
tahun satu dan peningkatan pembelajaran j
uga sedikit demi sedikit dengan dorongan.
Potensi setiap anak berbeza.

Muhammad lebih fizikal. Suka kepada aktiviti
lasak dan sukan. Manakala Izzuddin lebih
lebih kreatif. Suka merekacipta pelbagai benda
dan seni. Berbeza dengan kakak mereka, Nurin
yang lebih minat kepada buku dan sudah lancar
membaca di usia 6 tahun.

Kadang-kadang kita perlu melihat perkara
melalui kaca mata seorang anak kecil. Mereka
ada potensi, gaya dan masa tersendiri. Setiap
anak secara fitrahnya menuju kecemerlangan.
Cuma kita kekadang lupa melihat dari sudut
yang lebih positif dan membina. Mungkin
dengan cara ini kita akan lebih menyokong
potensi mereka dan kekurangan yang ada
akan terus gugur sepanjang tarbiyah anak
yang panjang.

Saya petik teori pembentukan personaliti.
Sahsiah kanak-kanak terbentuk hasil daripada
cara anak di besarkan. Anak yang selalu dimarahi,
dihina dan dimalukan akan membesar menjadi
pemalu, penakut, penuh rasa bimbang, tiada
keyakinan diri dan bersifat inferiority complex
serta introvert. Anak yang mendapat galakan,
pujian dan dibesarkan dalam suasana harmoni,
gembira, membesar menjadi seorang yang yakin
diri, bebas, tenang dan penyayang.

Moga kita terus memperbaiki diri dan cara kita
menyantuni anak-anak kita.

Wallahua’lam.

Tuesday, March 8, 2011

NICE LINES


Someone has written these beautiful words.
Must read and try to understand the deep
meaning of it.

1] Prayer is not a "spare wheel" that you pull
out when in trouble, but it is a "steering wheel"
that directs the right path throughout.

2] So a Car's WINDSHIELD is so large & the
Rear view Mirror is so small? Because our
PAST is not as important as our FUTURE.
So, Look Ahead and Move on.

3] Friendship is like a BOOK. It takes few
seconds to burn, but it takes years to write.

4] All things in life are temporary. If going
well, enjoy it, they will not last forever.
If going wrong, don't worry, they can't last
long either.

5] Old Friends are Gold! New Friends are
Diamond! If you get a Diamond, don't forget
the Gold! Because to hold a Diamond, you
always need a Base of Gold!

6] Often when we lose hope and think this is
the end, GOD smiles from above and says,
"Relax, sweetheart, it's just a bend, not the end!

7] When GOD solves your problems, you have
faith in HIS abilities; when GOD doesn't solve
your problems HE has faith in your abilities.

8] A blind person asked a learned person:
"Can there be anything worse than losing
eye sight?" He replied: "Yes, losing your vision!"

9] When you pray for others, God listens to you
and blesses them, and sometimes, when you are
safe and happy, remember that someone has
prayed for you.

10] WORRYING does not take away tomorrow's
TROUBLES, it takes away today’s PEACE.