HARGA SEBUAH JANJI
1. Undang-undang.
2. Tatatertib.
Namun selain keduanya , sesungguhnya hidup ini
juga dibangunkan di atas kepercayaan.
Undang-undang hanya mengatur dan mengikat
Undang-undang hanya mengatur dan mengikat
tetapi kepercayaanlah yang membuktikannya.
Tatatertib hanya merapikan dan membuat urutan-
Tatatertib hanya merapikan dan membuat urutan-
urutan tetapi kepercayaanlah yang membuat
segala-galanya boleh berjalan.
Maka orang-orang yang tidak boleh dipercayai
Maka orang-orang yang tidak boleh dipercayai
akan dengan mudah :
- Melanggar undang-undang.
- Menguraikan kesepakatan.
- Melanggar undang-undang.
- Menguraikan kesepakatan.
- Melawan peraturan.
meskipun dalam perkara-perkara yang berkait
dengan kepentingan dirinya sendiri.
Apabila kepercayaan adalah aspek jiwanya,
Apabila kepercayaan adalah aspek jiwanya,
maka janjilah aspek raganya.
Apabila kepercayaan adalah ruhnya, maka
Apabila kepercayaan adalah ruhnya, maka
janji adalah jasadnya.
Apabila kepercayaan adalah kekuatan batin,
Apabila kepercayaan adalah kekuatan batin,
maka janji adalah penyokong lahirnya.
Apabila kepercayaan adalah ikatan putihnya,
Apabila kepercayaan adalah ikatan putihnya,
maka janjilah bukti hitamnya.
Maka sebentuk janji adalah harga yang mahal
untuk sebuah kepercayaan kerana janji yang
tidak boleh dipercayai atau janji yang tidak ada
kepercayaan di dalamnya ibarat buah yang
ranum kulitnya, tapi lopong di dalamnya.
Tidak ada buahnya yang boleh dimakan.
Janji yang tidak ada kepercayaan di dalamnya,
Janji yang tidak ada kepercayaan di dalamnya,
tidak akan memberi manfaat seperti sebiji buah,
tidak ada yang mahu memakan kulitnya.
Dalam banyak peristiwa, janji menjadi semacam
Dalam banyak peristiwa, janji menjadi semacam
`wang muka' atau `deposit' bagi segala bentuk
hubungan sosial di antara kita. Urusan selebihnya
baru boleh di katakan lunas, jika memang
janji-janji itu telah dipenuhi.
Maka Islam mengajarkan akhlak tentang janji dari
Maka Islam mengajarkan akhlak tentang janji dari
dua sudut yang sangat dominan :
SUDUT PERTAMA : JANJI MESTI SENTIASA
SUDUT PERTAMA : JANJI MESTI SENTIASA
DIGANTUNGKAN KEPADA KEHENDAK DAN
IZIN ALLAH SWT.
Maka kita diseru untuk mengiringi setiap janji,
Maka kita diseru untuk mengiringi setiap janji,
bahkan setiap perancangan dengan mengucapkan
InsyaAllah.
Allah swt berfirman :
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan
Allah swt berfirman :
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan
terhadap sesuatu, `Sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu esok pagi. Kecuali (dengah
menyebut) InsyaAllah. ` Dan ingatlah kepada
Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,
`Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya
dari pada yang ini." (QS Al-Kahfi : 23 - 24)
Akhlak janji seperti ini menegaskan kepada kita
Akhlak janji seperti ini menegaskan kepada kita
bahwa kita tidak akan mampu melakukan apa
sahaja kecuali atas izin Allah.
Mengucapkan ‘InsyaAllah’ mengajarkan kita
Mengucapkan ‘InsyaAllah’ mengajarkan kita
tentang etika kelemahan diri kita sebagai seorang
manusia yang tidak mengerti akan apa-apa takdir
yang akan berlaku pada esok hari. Kenyataan ini
memberi suatu penilaian betapa beratnya nilai
sebuah janji.
SUDUT KEDUA : BENTUK PENUNAIAN JANJI.
Janji-janji itu mesti ditepati dalam kadar ikhtiar
SUDUT KEDUA : BENTUK PENUNAIAN JANJI.
Janji-janji itu mesti ditepati dalam kadar ikhtiar
manusia secara maksima. Maka fahamlah kita
bahwa kepada seorang Muslim, janji adalah suatu
pertaruhan diri.
Kesetiaan pada janji adalah kehidupan kerana
Kesetiaan pada janji adalah kehidupan kerana
dengan itu interaksi kita dengan sesama manusia
boleh berjalan.
Dengan kepercayaan itu pula :
Percanggahan boleh dihindarkan kerana hak-hak
Dengan kepercayaan itu pula :
Percanggahan boleh dihindarkan kerana hak-hak
ditunaikan kepada yang memiliki.
Nilai prestasi dapat dipacu.
Kehendak untuk berkarya dapat dijulang.
Dorongan untuk beramal dapat dibuka seluas
Nilai prestasi dapat dipacu.
Kehendak untuk berkarya dapat dijulang.
Dorongan untuk beramal dapat dibuka seluas
-luasnya.
Keinginan yang kuat untuk memberi manfaat bagi
Keinginan yang kuat untuk memberi manfaat bagi
kehidupan akan menemui ledakan-ledakan sebenarnya.
Begitulah para salafus soleh dahulu mengajarkan
Begitulah para salafus soleh dahulu mengajarkan
kepada kita. Bagi mereka, janji telah meningkat
kadarnya dari hanya soal kepercayaan menjadi kesetiaan.
Pada saat kepercayaan telah berubah menjadi
Pada saat kepercayaan telah berubah menjadi
kesetiaan, maka persiapan jiwa menanggung
beban janji akan menjadi lebih kuat.
Seperti seorang Muslim yang mengucapkan dua
Seperti seorang Muslim yang mengucapkan dua
kalimah syahadah, itu adalah janji keislamannya.
Menunaikan rukun Islam adalah pembuktian
kepercayaannya. Namun kesetiaanlah yang akan
memberinya umur bagi pembuktian janji itu.
Ini sebagaimana yang dilakukan oleh seorang
Ini sebagaimana yang dilakukan oleh seorang
sahabat terkenal, Abu Ubaidah Al Jarrah.
Semenjak menghulurkan tangannya berbaiah
Semenjak menghulurkan tangannya berbaiah
dan bersumpah setia kepada Rasulullah saw,
ia sedar bahwa hidupnya akan diberikan
sepenuhnya di jalan Allah. Ia telah mengikrar
kan janji itu lalu ia membuktikan bahwa dirinya
boleh dipercayai serta bekerja dengan tulus.
Setelah itu segalanya berubah menjadi kesetiaan
abadi.
Maka dalam perang Uhud, Abu Ubaidah menjadi
Maka dalam perang Uhud, Abu Ubaidah menjadi
benteng kepada Rasulullah saw. Ia mencabut
mata rantai yang menempel di pipi Rasulullah
saw dengan giginya. Gigi Abu Ubaidah pun tercabut.
Di saat itu pula ia mampu mendahului Abu Bakar
dalam soal berlumba dan bersegera kepada kebaikan.
Abu Bakar mengisahkan :
"Di waktu Perang Uhud berkecamuk dan Rasulullah
Abu Bakar mengisahkan :
"Di waktu Perang Uhud berkecamuk dan Rasulullah
saw terkena anak panah hingga dua buah rantai
topi besi masuk ke kedua belah pipinya bahagian
atas, aku segera berlari mendapatkan Rasulullah
saw. Kiranya ada seorang yang datang bagaikan
terbang dari arah timur. Maka aku berkata, `Ya
Allah, semoga itu merupakan pertolongan. '
Tatkala aku sampai kepada Rasulullah saw,
Tatkala aku sampai kepada Rasulullah saw,
orang itu adalah Abu Ubaidah yang telah
mendahuluiku ke sana."
Kesetiaan itu telah menjadikan Abu Ubaidah
Kesetiaan itu telah menjadikan Abu Ubaidah
sebagai orang kepercayaan Rasulullah saw.
Suatu ketika datang utusan Najran dari Yaman
Suatu ketika datang utusan Najran dari Yaman
yang menyatakan masuk Islam. Mereka lantas
meminta kepada Rasulullah seorang guru untuk
mengajar Al Quran di sana. Rasul pun berjanji
bahwa esok baginda akan mengirim seorang
yang keperibadian Islamnya amat terpercaya.
Kalimah itu sampai diulangnya tiga kali.
Mendengar itu, Umar amat tertarik dan berharap
Mendengar itu, Umar amat tertarik dan berharap
kata-kata itu akan menjadi miliknya. Namun
setelah selesai solat Zuhur berjamaah, meskipun
Umar telah berusaha menghulurkan badan agar
kelihatan oleh Rasulullah saw, ternyata Abu
Ubaidah yang terpilih.
Itulah makna hadits Rasulullah saw ;
"Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang
Itulah makna hadits Rasulullah saw ;
"Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang
kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan
ummat ini (aminul ummah) adalah Abu Ubaidah
Al Jarrah."
Sepanjang hidupnya, Abu Ubaidah dengan setia
Sepanjang hidupnya, Abu Ubaidah dengan setia
menemani perjuangan Rasulullah saw, Abu Bakar
dan Umar bin Al Khattab sehingga wafatnya.
Ketika terdengar berita bahwa Abu Ubaidah wafat,
Ketika terdengar berita bahwa Abu Ubaidah wafat,
Umar menangis dan mengenang masa-masa
perjuangan yang indah bersamanya. Bahkan
kenangan itu tidak hilang hingga saat Umar
hendak menghembuskan nafas terakhirnya,
ia sempat berkata :
"Seandainya Abu Ubaidah masih hidup, tentu ia
"Seandainya Abu Ubaidah masih hidup, tentu ia
di antara orang-orang yang akan aku angkat
sebagai penggantiku. Dan jika Tuhanku menanya
kan perkara itu, niscaya akan aku jawab, `Aku
angkat kepercayaan Allah dan kepercayaan RasulNya.'"
Begitulah para salafus soleh meniti puncak tangga
Begitulah para salafus soleh meniti puncak tangga
jati diri (Syakhsiyah Islamiyah) iaitu pada mulanya
memang hanya sebuah janji, lalu kemudiannya
berubah menjadi kepercayaan dan seterusnya
bertukar menjadi kesetiaan abadi selagi hayat
masih dikandung badan.
Hanya ketika kemudiannya manusia menemui
Hanya ketika kemudiannya manusia menemui
cara-cara baru untuk :
- Bersikap licik.
- Semakin pandai mencari-cari alasan.
- Sentiasa mencari-cari model baru pengkhianatan.
- Bersikap licik.
- Semakin pandai mencari-cari alasan.
- Sentiasa mencari-cari model baru pengkhianatan.
Maka pada saat itulah janji-janji menjadi segunung
sampah serta tidak ada lagi kepercayaan, apalagi
kesetiaan.
Orang tidak lagi mengenal janji yang memiliki ruh
Orang tidak lagi mengenal janji yang memiliki ruh
kerana janji telah dikotori :
- Di panggung politik.
- Oleh para penipu yang menjual mimpi kepada rakyat.
- Di dunia penjenayah.
- Di belantara birokrasi yang sarat dengan kepentingan.
- Di rumah-rumah yang buruk akhlak penghuninya.
- Di jalan-jalan dan lorong-lorong kehidupan yang kejam.
- Di panggung politik.
- Oleh para penipu yang menjual mimpi kepada rakyat.
- Di dunia penjenayah.
- Di belantara birokrasi yang sarat dengan kepentingan.
- Di rumah-rumah yang buruk akhlak penghuninya.
- Di jalan-jalan dan lorong-lorong kehidupan yang kejam.
Bahkan janji dalam ikatan perkahwinan pun kini
sudah tidak lagi mempunyai makna. Janji
perkahwinan itu tidak lagi berisi kepercayaan
apalagi untuk meningkat menjadi kesetiaan.
Maka ramailah pasangan yang dengan mudah
mengkhianatinya atas nama cinta. Padahal
bukan cinta asasnya tetapi berdasarkan hasrat
hawa nafsu.
Di dalam lubuk keimanan, janji-janji bagi seorang
Di dalam lubuk keimanan, janji-janji bagi seorang
Mukmin adalah kontrak-kontrak kerohanian
dengan Tuhannya walaupun format aplikasinya
dalam berbagai bentuk.
Janji itu adalah ketakwaan yang menjadi
Janji itu adalah ketakwaan yang menjadi
penghantar bagi petunjuk jalan dan ampunan.
Allah swt berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu
Allah swt berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu `furqan' (pembeza)
dan menghapuskan kesalahan-kesalahan mu
dan mengampuni (dosa-dosamu) . Dan Allah
mempunyai kurnia yang besar." (QS Al-Anfal : 29)
Mengenai ayat ini, Sayyid Qutb berkata dalam
Mengenai ayat ini, Sayyid Qutb berkata dalam
tafsirnya `Fi Zilalil Qur'an' :
"Inilah bekalan itu. Bekalan dalam mengharungi
"Inilah bekalan itu. Bekalan dalam mengharungi
perjalanan yang panjang. Iaitu bekalan taqwa
yang menghidupkan hati dan membangunkannya.
Bekalan cahaya yang memberi petunjuk bagi
hati untuk membelah sudut-sudut jalan
sepanjang penglihatan manusia. Cahaya ini
tidak boleh ditipu oleh syubhah-syubhah yang
mata biasa tidak mampu menembusinya. Itulah
bekalan ampunan bagi segala dosa. Bekalan
yang memberikan ketenteraman, kesejukan
dan kemantapan. Dan bekalan merenungi
nikmat-nikmat Allah Yang Maha Agung di
hari ketika bekalan-bekalan itu diperlukan
dan di hari amal perbuatan manusia berkurang."
Maka, marilah kita mulai berjanji dengan benar
Maka, marilah kita mulai berjanji dengan benar
iaitu janji yang mempunyai ruh kepercayaan lalu
ianya akan hidup panjang dengan kesetiaan.
Sebagai orang yang beriman, memang sesungguhnya,
Sebagai orang yang beriman, memang sesungguhnya,
membangun kepercayaan bukanlah suatu perkara
yang mudah, tetapi ianya akan lebih sukar lagi
ketika kita mencuba untuk membangunkan
kepercayaan di atas puing-puing runtuhan
ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan yang
sudah lama bermaharajalela dalam sesebuah
masyarakat.
Ya Allah, jadilah kami orang-orang yang memenuhi
Ya Allah, jadilah kami orang-orang yang memenuhi
janji apabila kami berjanji kerana sesungguhnya
segala janji-janji itu akan dipersoalkan dan di
pertanggungjawabkan di hadapanMu di akhirat
nanti. Jauhkanlah kami dari sikap mengkhianati
janji kerana ia adalah salah satu sifat munafik
yang sangat buruk.
Ameen Ya Rabbal Alameen
Ameen Ya Rabbal Alameen